Papua Lestari, Srikandi Penyelamat Keanekaragaman Hayati dari Timur Indonesia

PAPUA – Sejak HMS Endeavor, kapal penelitian pertama di dunia, memulai pelayarannya pada tahun 1768 menelusuri Samudra Pasifik untuk mengungkap misteri Terra Australis Incognita atau “Tanah Selatan yang Tidak Dikenal”, dunia sains terus berkembang melalui ekspedisi-ekspedisi laut.


Kini, semangat itu hadir di Papua Selatan lewat pembangunan kapal penelitian bernama Papua Lestari.

Kapal ini dibangun oleh perusahaan nasional Tunas Sawa Erma (TSE) Group, dan akan menjadi pusat studi bagi kehidupan kura-kura moncong babi (Carettochelys insculpta) serta ekosistem sungai dan rawa yang menjadi habitatnya.

Dengan kapasitas lima orang, Papua Lestari dilengkapi ruang penyimpanan peralatan dan berbagai fasilitas pendukung aktivitas penelitian. Kapal ini diharapkan menjadi sarana penting dalam meningkatkan mutu riset biota air Papua, khususnya spesies-spesies endemik yang rentan terhadap kerusakan lingkungan.

Lebih dari sekadar alat transportasi, Papua Lestari juga dihadirkan sebagai simbol edukasi dan pelestarian lingkungan. “Papua Lestari dibangun untuk meneliti ekosistem di sungai dan rawa Papua — mulai dari kura-kura moncong babi, ikan, ular, dan lain sebagainya. Kapal ini juga menjadi simbol pembuka mata masyarakat tentang pentingnya konservasi lingkungan,” ujar Luwy Leunufna, Direktur TSE Group.

Pembangunan kapal ini merupakan bagian dari program Papua Conservation, hasil kolaborasi antara TSE Group dan IPB University yang telah berlangsung sejak tahun 2022. Program ini tak hanya difokuskan pada konservasi kura-kura moncong babi, tetapi juga mencakup perlindungan terhadap cenderawasih kuning besar di wilayah Kabupaten Merauke dan Boven Digoel, Papua Selatan.

Dengan hadirnya Papua Lestari, harapan akan meningkatnya kesadaran masyarakat serta perlindungan terhadap kekayaan hayati Papua kini mulai berlayar menuju masa depan yang lebih lestari.