Bangun Biogas Hingga Konservasi, Inilah Langkah TSE Group untuk Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia


ASEM SMEs Eco-Innovation Center (ASEIC) digelar di Jakarta pada Rabu,1  November 2023. Deretan tokoh-tokoh yang berpengaruh di bidang energi, termasukp erwakilan kementerian dari Korea dan Indonesia, akademisi, hingga pakar energi baik dari luarm aupun dalam negeri hadir dalam acara yang mengusung tema “Enable the ESG and CarbonN eutrality Transition for SMEs” ini.

Salah satu nama yang menjadi pembicara dalam acara ini adalah Direktur Tunas Sawa Erma (TSE) Group, Luwy Leunufna. TSE Group merupakan grup perusahaan yang bergerak di bidangu saha perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang beroperasi di Provinsi Papua Selatan danM aluku Utara. Dalam kegiatan operasionalnya, TSE Group berpegang pada komitmen ‘Tanpa

Deforestasi, Tanpa Gambut, dan Tanpa Eksploitasi’ atau yang disingkat NDPE.K omitmen NDPE menciptakan tujuan spesifik yang berfokus pada perlindungan sumber daya

alam dan orang-orang yang menanam serta tinggal di dalamnya. “Kami berkomitmen untukm ematuhi regulasi di Indonesia maupun standar pasar internasional. Kami berharap semuap ihak bisa menerima upaya yang sedang dan akan kami lakukan,” ucap Luwy.

Komitmen TSE Group untuk mematuhi regulasi di Indonesia salah satunya dibuktikan melaluiN et Zero Emission, untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan berkontribusi terhadap targetN ationally Determined Contribution (NDC) Indonesia yang menegaskan komitmennya dalam

mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada tahun 2030 dengan upaya sendiri ataus ebesar 41% dengan dukungan internasional.

Langkah konkrit TSE Group dalam mendukung pemerintah mencapai NDC adalah denganm embangun pembangkit listrik tenaga biogas yang berkontribusi pada pengurangan gas rumah

kaca dengan mencegah pelepasan gas metana ke atmosfer. Pembangkit listrik tenaga biogas

merupakan solusi mengatasi jejak karbon perkebunan kelapa sawit dari gas metana yangd ihasilkan dari limbah cair (POME).

Seperti dipaparkan Luwy, selain membangun pembangkit listrik tenaga biogas, TSE Group jugam enggantikan penggunaan pupuk kimia dengan pupuk organik dari tandan kosong danc angkang sawit. Pupuk kimia merupakan sumber emisi terbesar kedua setelah limbah cair

karena mengeluarkan nitrogen oksida selama proses produksi dan penggunaannya berdampakp ada pemanasan global 300 kali lipat dari karbon dioksida.

Lebih lanjut, saat ini TSE Group telah membeli fasilitas dan sedang melakukan penelitian untukm emproduksi biochar. Biochar adalah bentuk karbon yang dapat disimpan dalam jangka waktu

lama melalui proses pirolisis produk sampingan nabati yang diproduksi dalam jumlah besar diperkebunan kelapa sawit. Lewat langkah ini TSE Group berharap dapat membuat perkebunank elapa sawit netral gas rumah kaca dan berkontribusi dalam mencegah perubahan iklim.

Sementara untuk menjaga keanekaragaman hayati di Papua, Tunas Sawa Erma Group juga

menjalankan program konservasi spesies endemik Papua, yakni kura-kura moncong babi danb urung cenderawasih lewat pembangunan pusat penelitian dan cagar alam.

“TSE Group mendukung penelitian keanekaragaman hayati Papua dengan memanfaatkani nfrastruktur yang ada. Sebagai langkah kongkritnya, kami telah menandatangani MoU dengan

Institut Pertanian Bogor pada bulan Juli 2022 silam. Dan saat ini, TSE Group sedangm embangun pusat penelitian untuk kura-kura moncong babi dan cagar alam burung cenderawasih,” terang Luwy.

ASEM SMEs Eco-Innovation Center (ASEIC) didirikan pada tahun 2011 dengan prinsip untukm empromosikan kerja sama Asia-Eropa untuk menciptakan dan meningkatkan eco-inovasi darip erusahaan berskala kecil dan menengah (UKM).