Konflik Papua, Alumni PMKRI Usulkan Pemerintah Adakan Dialog Hati

Hermawi Taslim bersama alumni GMNI lainnya, salah satunya Guntur Soekarnoputra/Ist
Hermawi Taslim bersama alumni GMNI lainnya, salah satunya Guntur Soekarnoputra/Ist

Bunyi tembakan dari senjata pelontar granat jenis GLM milik Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua di bawah pimpinan Egianus Kogoya terdengar hingga radius 1,2 kilometer. Tepatnya di Pos Marinir di Kwareh Bawah, Kennyam, Kabupaten Nduga, Papua.


Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua kembali melakukan aksi brutalnya dengan senjata api lengkap serta granat menyerang Pos Satgas Mupe Yonif Marinir-3 di Kwareh Bawah tersebut secara membabi buta dari dua arah.

Nahas insiden berdarah tersebut mengakibatkan 10 orang turut menjadi korban penyerangan termasuk 1 orang diantaranya adalah komandan pos bernama Letda M. Iqbal yang gugur dalam serangan tanpa kompromi tersebut.

Ketua Forkoma PMKRI Hermawi Taslim mengatakan, dinamika politik Papua yang menghangat akhir-akhir ini menyita perhatian berbagai pihak termasuk Putra Sulung Bung Karno, Guntur Soekarno Putra yang selama ini lebih banyak diam dalam mencermati berbagai situasi yang berkembang di tanah air.

Pria yang juga Wasekjen Kebijakan Publik dan Isu Strategis DPP Partai Nasdem itu menceritakan, suasana kebatinan tersebut terungkap saat pertemuan di Golden Ball Room Hotel Sultan Jakarta, Sabtu (26/3) tatkala beberapa tokoh duduk satu meja dengan Guntur Soekarno menghadiri pelantikan pengurus baru Persatuan Alumni (PA) GMNI.

 

Dalam pertemuan tersebut sederet tokoh mulai dari Ketua Dewan Pertimbangan Partai Nasdem, Siswono Yudohusodo, pengurus teras PA GMNI Riad Oscar Chalik serta Hermawi Taslim duduk satu meja dengan Guntur Soekarno.

Pada kesempatan tersebut, Guntur yang akrab disapa Mas Tok itu mengatakan bahwa kunci penyelesaian Papua adalah "Dialog Hati". Pendekatan dialog hati inilah kata dia yang dulu menjadi senjata pamungkas Bung Karno tatkala menyelesaikan proses integrasi Papua ke dalam NKRI.

"Kita tidak boleh surut dan patah semangat untuk membangun dialog yang terus menerus dengan saudara-saudara kita yang ada di Papua," kata Mas Tok.dikutip dari Kantor Berita RMOL.

Senada dengan Mas Tok, Hermawi Taslim memandang perlunya ruang dialog yang lebih luas untuk meredam konflik di Papua secara damai dan tanpa upaya-upaya paksa bahkan dengan kekerasan.

"Dialog yang terus menerus perlu diperluas ruang lingkupnya, yang mencakup komunitas adat yang sangat bervariasi, pemuka agama serta para pemuda dan mahasiswa Papua yang tersebar di berbagai kota besar di tanah ini," demikian tutup Taslim