Melintasi Warna-Warni Hidup: Kisah Hendrikus Petrus Resi, Sang Jurnalis Penuh Dedikasi

Jurnalis Hendrikus Petrus Resi
Jurnalis Hendrikus Petrus Resi

Dengan sinar matahari yang memancarkan kehangatan di langit Wologita, Ende Flores, Nusa Tenggara Timur, pada tanggal 16 November 1973, lahirlah Hendrikus Petrus Resi.


Hendrikus Petrus Resi, Seorang jurnalis yang tak hanya mencatat fakta, tetapi juga menyulam kisah hidup melalui lensa penuh warna jurnalistiknya. Berkelana dari Flores hingga Papua, Hendrikus adalah pahlawan pena yang mengajak kita menjelajahi perjalanannya yang memikat dan menginspirasi.

Pemula di Tanah Lahir:

Kelahiran Hendrikus di Wologita menjadi titik awal dari perjalanan hidup yang tak terduga. Anak ketujuh dari Pius Pati dan Theresia Wonga, Hendrikus tumbuh dalam keluarga yang penuh kasih dan dukungan. Namun, takdir membawanya melangkah jauh dari pulau kelahirannya.

Sentuhan Pertama dalam Dunia Jurnalistik:

Tepat pada tahun 2010, Hendrikus memulai perjalanan profesionalnya sebagai wartawan di Tabloid Flores Editorial, sebuah surat kabar lokal di NTT. Pada masa ini, ketertarikannya pada dunia jurnalistik mulai muncul, menjadi seorang pemula yang bersemangat dan penuh keingintahuan.

Melangkah ke Timur, Menuju Merauke:

Perjalanan pertama Hendrikus membawanya ke ujung timur Indonesia, Merauke. Menyusul pamannya yang menjadi pastor di sana, Hendrikus menemukan panggilan jurnalistiknya yang sejati. Meskipun perjalanan ini berawal dari langkah-langkah yang sederhana, ia membawa imajinasinya jauh melampaui garis peta.

Dunia Wartawan di Tanah NTT:

Sebagai seorang jurnalis, Hendrikus menyatukan keahliannya dengan pekerjaan di surat kabar lokal. Ketenangan pulau Flores dan dinamika masyarakat Nusa Tenggara Timur memberinya perspektif yang unik dan mendalam. Pengalaman ini menjadi katalisator bagi pengembangan kemampuan jurnalistiknya yang semakin matang.

Dari Seminari ke Kampus:

Kisah Hendrikus di dunia jurnalistik dimulai sejak masa SMA di sebuah seminari menengah di Matalolo NTT. Meskipun tidak menyelesaikan pendidikannya di Seminari Menengah, semangat dan minatnya terhadap jurnalistik tidak pudar. Ia berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi di Jurusan Komunikasi bidang Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atmajaya di Yogyakarta pada tahun 2003.

Mengasah Ketrampilan di Kampus:

Perguruan tinggi membuka pintu baru bagi Hendrikus. Di Atmajaya, ia mengasah kemampuan jurnalistiknya melalui pengajaran yang mendalam. Dengan mata yang tajam dan pena yang lincah, Hendrikus menimba ilmu dari para mentor dan praktisi jurnalistik yang berpengalaman.

Setelah menyelesaikan pendidikan tingginya, Hendrikus pulang ke Flores. Namun, pulang bukan untuk bersantai, melainkan untuk mengurus kedua orangtuanya yang sakit. Dengan bekal ilmu dan pengalaman jurnalistik dari Yogyakarta, ia diterima sebagai wartawan di beberapa media di Kupang, NTT.

Pulang ke Akar, Membangun Karier:

Kembalinya ke tanah kelahiran membuka jalan bagi Hendrikus untuk membangun karier jurnalistiknya. Bergabung dengan media-media lokal, ia menulis tentang dinamika sosial, budaya, dan isu-isu aktual yang memengaruhi masyarakat NTT. Dalam periode ini, pengalaman kampus dan dunia kerja semakin memperkaya lapisan kisah jurnalistiknya.

Perjalanan ke Timur Terus Berlanjut:

Pada tahun 2012, Hendrikus membuat keputusan besar dengan hijrah ke Papua, mengikuti pamannya yang bekerja sebagai Pastor di Merauke. Di tengah hamparan tanah Papua yang megah, Hendrikus kembali mengukir namanya sebagai seorang wartawan. Ia membuka babak baru dalam kariernya yang dipenuhi dengan tantangan dan keberanian.

Hendrikus Resi: Sang Jurnalis dengan Hati:

Bagi Hendrikus, jurnalistik bukan hanya pekerjaan, melainkan bagian dari napas kehidupannya. Dengan hati yang penuh cinta, setiap tulisannya mencerminkan kejujuran dan keadilan. Melalui pena dan lensa jurnalistiknya, Hendrikus menggambarkan realitas kehidupan di sudut-sudut terpencil Papua, memberikan suara bagi yang tak terdengar, dan menjadi pencerahan bagi yang berada dalam ketidakpastian.

Kesimpulan:

Dalam setiap detiknya, Hendrikus Petrus Resi membuktikan bahwa jurnalis sejati adalah mereka yang membiarkan hati mereka menjadi pemandu setia dalam setiap tulisan mereka. Menyulam kisah hidup melalui lensa jurnalistiknya, ia telah menginspirasi banyak generasi untuk memahami bahwa kebenaran dapat ditemukan di balik setiap cerita.

Melintasi warna-warni hidup, 

Hendrikus tidak hanya menjadi penulis berbakat tetapi juga pahlawan yang memberikan suara bagi yang tak terdengar. Dengan dedikasinya yang tanpa henti, Hendrikus Petrus Resi memimpin kita untuk melihat bahwa jurnalistik adalah lebih dari sekadar pekerjaan, melainkan panggilan untuk menyampaikan kebenaran kepada dunia.