Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, telah resmi menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin. Kenaikan ini diyakini akan turut berdampak pada perekonomian global, termasuk Indonesia.
- Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I 2024 Papua Barat Daya Sebesar 4,40 Persen Hingga 5,20 Persen
- Gubernur BI Resmi Melantik 39 Orang Pimpinan Kantor Pusat dan Perwakilan BI yang Baru
- Pendapatan dan Belanja Yang Dikelola KPPN Sorong Sampai 31 Januari 2024 Sebesar Rp. 96,60 Millyar
Baca Juga
Ahli ekonomi internasional dari Universitas Paramadina Eisha J. Rachbini menuturkan bahwa kenaikan suku bunga acuan The Fed sudah diprediksi oleh pasar. Sebelumnya diprediksi kenaikan suku bunga lebih dari 50 basis poin atau sekitar 75 basis poin.
“Kenaikan suku bunga The Fed ini juga dipicu dengan inflasi yang terjadi di Amerika Serikat, per Maret 2022 sebesar 8,5 persen, tertinggi sejak tahun 1981,” ujar Eisha kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (6/5).
Menurutnya, pasar sudah memprediksi itu sejak lama sehingga dampak negatif untuk Indonesia sendiri diharapkan bisa diantisipasi oleh pemerintah dan juga Bank Indonesia.
"Karena sudah diprediksi pasar dan diperhitungkan oleh investor, dampaknya ke Indonesia kemungkinan tidak akan bergejolak,” katanya. dikutip dari Kantor Berita RMOL.
Eisha meminta agar Bank Indonesia mampu mengendalikan krisis dan inflasi di dalam negeri. Jika tidak dapat dihindari dan terus meningkat, maka berpotensi adanya kenaikan BI rate untuk pengendalian inflasi.
"Namun perlu dipertimbangkan dengan hati-hati, mengingat kenaikan suku bunga juga akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi, terutama di masa pemulihan ini,” tutupnya.
- Boven Digoel Kembali Ekspor Produk Olahan Kelapa Sawit
- Gubernur BI Resmi Melantik 39 Orang Pimpinan Kantor Pusat dan Perwakilan BI yang Baru
- Presiden Jokowi Tekankan Kemandirian Pangan di Merauke: Solusi Krisis Pangan Global dan Pemulihan Ekologis