Nilai Tukar Rupiah Melemah Bikin APBN Mendatang Babak Belur

ilustrasi.net
ilustrasi.net

ndonesia menghadapi tantangan ekonomi serius menyusul melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).


Hari ini, nilai tukar rupiah mencapai Rp16,435 per dolar AS, titik terendah dalam beberapa tahun terakhir.

Terkait itu, analis ekonomi politik dari FINE Institute, Kusfiardi, menjelaskan bahwa fenomena ini memiliki dampak signifikan terhadap Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) tahun depan.

"Dengan nilai tukar rupiah yang melemah secara drastis seperti ini, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional," ungkap Kusfiardi dalam keterangannya yang diterima redaksi, Senin malam (24/6).

Menurutnya, pelemahan nilai tukar rupiah berpotensi mengurangi penerimaan negara dari sektor ekspor.

“Meskipun harga komoditas ekspor seperti minyak dan batu bara menunjukkan peningkatan, keuntungan dalam rupiah yang diterima pemerintah dapat tergerus,” urainya.

Lanjut dia, diversifikasi ekspor menjadi krusial untuk mengurangi risiko terhadap fluktuasi mata uang asing.

Di sisi lain, sambung Kusfiardi biaya impor barang dan jasa akan meningkat dalam rupiah akibat nilai tukar yang rendah. Hal ini dapat meningkatkan tekanan inflasi dan menurunkan daya beli domestik.

Kusfiardi menekankan perlunya kebijakan fiskal yang hati-hati dan proaktif, termasuk dalam pengelolaan investasi infrastruktur yang strategis.

“Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah yang hati-hati dan proaktif dalam menghadapi tantangan ini. Kebijakan intervensi pasar valuta asing, penyesuaian kebijakan suku bunga oleh Bank Indonesia, serta peningkatan dalam kebijakan impor akan menjadi krusial. Langkah-langkah ini diharapkan dapat menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka panjang dan memastikan APBN 2024 tetap berkelanjutan,” imbuhnya.

Kusfiardi juga menyebutkan bahwa ketidakpastian ekonomi global, termasuk kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, turut mempengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah. Hal ini menegaskan perlunya koordinasi kebijakan ekonomi yang kuat dan responsif dari pemerintah Indonesia.

"Dalam menghadapi ketidakpastian ini, kehati-hatian dalam mengelola kebijakan fiskal dan moneter sangatlah penting. Indonesia perlu terus memantau dinamika pasar global dan melakukan langkah-langkah yang tepat untuk melindungi ekonomi domestik," tambah dia.

Di tengah situasi ini langkah-langkah yang diambil pemerintah dalam menanggapi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menentukan arah pembangunan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun ke depan..