Dari Kandang ke Ketahanan Pangan: Ketika Perguruan Tinggi Turun ke Kampung


Ketahanan pangan bukan hanya tentang beras dan kebijakan impor. Ia juga soal bagaimana masyarakat di pelosok kampung bisa mandiri, produktif, dan berdaya lewat sektor yang mereka kuasai. Salah satunya: budidaya ayam kampung.

Melalui program Pengabdian Kemitraan Masyarakat (PKM) Universitas Musamus, kami memilih untuk mendampingi Kelompok TK-PPEG Kharisma Sejati di Kampung Sumber Mulya, Distrik Kurik. Bukan karena kelompok ini besar, tetapi karena mereka punya satu hal yang sering terlupakan: kemauan belajar dan semangat untuk bertumbuh.

Selama kegiatan, kami tidak hanya berbicara teori. Kami turun ke kandang, memperbaiki sanitasi, mengatur sistem manajemen kelompok, hingga menyerahkan bibit ayam kampung unggul. Bahkan, proses monitoring dan evaluasi kami lakukan berkala. Hasilnya nyata. Dari pengelolaan keuangan yang lebih rapi hingga peningkatan produksi yang signifikan.

Kegiatan ini menyadarkan kami bahwa kolaborasi antara perguruan tinggi dan masyarakat bukan sekadar kewajiban Tri Dharma, melainkan kebutuhan riil pembangunan akar rumput. Di saat masyarakat diberi alat, ilmu, dan pendampingan, mereka akan melompat lebih jauh dari apa yang kita kira.

Jadi, pertanyaannya sekarang bukan lagi “apakah pengabdian perlu dilakukan?” melainkan “mengapa tidak dilakukan lebih banyak dan lebih sering?” Kampus harus menjadi rumah yang membuka pintu-pintu perubahan, mulai dari desa-desa yang dulu dipandang biasa saja.

Penulis adalah Paul Adryani Moento, S.Sos., M.Si yang saat ini bekerja sebagai Dosen Universitas Musamus Merauke