Lakukan Kunjungan Ke PWNU Papua, Yenny Wahid Ingin NU Menjadi Pengayom Masyarakat Papua

Masih dalam rangka napak tilas perjuangan Gus Dur di Papua, Yenny Wahid silahturahmi dengan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Papua, Jumat Sore (01/10), cicit dari pendiri Nadhlatul Ulama ini juga menyempatkan diri berkunjung ke kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Papua. Yenny disambut hangat oleh sejumlah pengurus PWNU dan sejumlah pengurus Fatayat dan Muslimat yang merupakan salah dua organisasi badan otonomi NU.


Kehadiran Yenny Wahid disambut sejumlah pengurus dan dipakaian topi cendrawasih sebagai symbol kehangatan warga Papua. Sebagian besar pengurus yang hadir merupakan tokoh agama Islam di Papua yang aktif menggerakkan berbagai kegiatan – kegiatan keagamaan di Papua. Dalam pertemuan yang berlangsung selama 2 Jam ini, diisi dengan diskusi dan saling berbagi informasi dan pengalaman – pengalaman dari para Pengurus PWNU dalam menjalankan roda organisasi NU di tanah Papua. 

Yenny mengajak seluruh kader dan pengurus NU di Papua untuk menyebarkan perdamaian yang inklusif. Baginya, kultur di Papua sangat berbeda dengan di Jawa. Di sini NU sebagai muslim merupakan minoritas di antara agama-agama yang lain. Oleh karena itu, penting bagi NU untuk menyebarkan perdamaian yang inklusif kepada seluruh anak bangsa yang ada di sini. Ia mengingatkan bagaimana Gus Dur dulu mengayomi masyarakat Papua.

Menurut Yenny, perintah agama dalam Islam sangatlah jelas bahwa perbedaan harus disikapi dengan rasa ingin tahu untuk saling mengenal dan menghormati, bukan untuk saling bermusuhan dan membenci.

Menanggapi hal itu, ketua PWNU Papua Ustadz Tony Vivtor Mandawiri berkomitmen akan terus menyebarkan nilai-nilai yang Gus Dur telah perjuangkan. Bahkan kata Tony, pihaknya mempunyai sekolah bersama gabungan beberapa organisasi masyarakat yang sudah berjalan sejak lama. Bahkan, terdiri mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.

Yenny mendengar tersebut turut senang dan mengapresiasi. Menurutnya NU harus terbiasa mengelola perbedaan menjadi hal yang biasa dan lumrah sehingga menciptakan perdamaian dalam kehidupan sehari-hari. []