Muncul Oknum Yang Arahkan Isu Teroris ke isu SARA, Tokoh Malind Anim Minta Polisi Lakukan Kesiapsiagaan Demi Hindari Konflik Horizontal

Tokoh Malind Anim saat saat mendengar sambutan dari salah satu legislator di Kabupaten Merauke
Tokoh Malind Anim saat saat mendengar sambutan dari salah satu legislator di Kabupaten Merauke

Pasca penangkapan sebanyak 11 orang terduga pelaku terorisme di Kabupaten Merauke, keadaan Kabupaten Merauke mendadak menjadi tegang,dan segala isu terfokuskan kepada isu teroris.


Kendati demikian, suasana mencekam dan fobia terhadap tindakan terorisme tersebut juga turut melahirkan beberapa isu yang mengarah pada upaya diskriminasi dan penghinaan yang bersifat SARA kepada Paguyuban dan suku asal dari para pelaku terorisme tersebut, oleh segelintir oknum baik di sosial media maupun di grup Whatsapp.

Bahkan tidak sedikit yang beranggapan jika insiden penangkapan jaringan teroris ini dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk melakukan provokasi dan berupaya melegalkan tindakan SARA yang mengarah pada penghinaan terhadap paguyuban dan suku asal dari para pelaku terorisme tersebut.

Padahal kita ketahui bersama-sama jika setiap suku di Indonesia memiliki peran dan fungsi yang sama untuk kemerdekaan bangsa Indonesia hingga menjadi negara yang berdaulat seperti saat ini, sehingga tidak pantas jika ada salah satu suku yang harus mendapat perlakuan berupa tindakan penghinaan yang bermuata SARA karena ulah teroris yang kebetulan berasal dari salah satu suku tertentu. 

Sebagaimana yang kita ketahui bersama merupakan kejahatan internasional yang dimusuhi oleh semua golongan dan suku bangsa di dunia, karena pada prinsipnya teroris merupakan paham yang lahir berdasarkan doktrin yang tersebar secara transnasional, dan bukan dari ajaran atau suku budaya.

Menyikapi penangkapan terduga jaringan teroris di kabupaten Merauke ini, sekelompok masyarakat adat, tokoh islam Papua, dan tokoh pemuda suku Marind melakukan pertemuan dan membentuk suatu forum yang bernama Forum Komunikasi Tokoh Suku Marind pemerhati Kondisi Eksisting pasca penangkapan 11 orang teroris di kabupaten Merauke, yang digelar direstauran Cazoary Merauke. Selasa (1/6).

Pertemuan tersebut dihadiri oleh para tokoh yang hadir antara lain Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Kabupaten Merauke Ignatius Ndiken yang didampingi oleh beberapa tokoh adat Marind antara lain Leo Mahuze, dan Hendrikus Hengky Ndiken.

Selain itu juga turut hadir beberapa orang tokoh Muslim Papua seperti H. Abdul Awal Gebze yang saat ini menjabat sebagai Ketua Majelis Muslim Papua, dan tokoh muslim Marind H. Ahmad Waros Gebze, dan Burhanuddin Zein.

Dalam kesempatan yang sama juga dihadiri oleh para tokoh pemuda Marind antara lain Rendi Ndiken, Ferdinand Deki Salima dan Cristiana Ndiken.

Selain itu hadir juga untuk menerima aspirasi dari para tokoh masyarakat tersebut wakil ketua DPRD Kabupaten Merauke, Dominikus Ulukyanan.

Pada pertemuannya forum tersebut mendeklarasikan sebanyak 10 Point yang berisikan pernyataan sikap tegas mereka dalam menolak segala bentuk terorisme di Kabupaten Merauke, dan meminta kepada pemerintah daerah Kabupaten Merauke serta aparat keamanan untuk memperketat penjagaan dan pengamanan.

Dalam point ke 3 pernyataan tersebut, Forum Komunikasi Tokoh Suku Marind pemerhati Kondisi Eksisting pasca penangkapan 11 orang teroris di kabupaten Merauke meminta kepada Pemerintah Daerah serta pihak keamanan untuk melakukan kesiapsiagaan, pada beberapa tempat demi mengantisipasi konflik horizontal akibat masyarakat awam yang salah menafsirkan dan tidak dapat membedakan masalah teroris dengan masalah suku, ras, dan agama.

“Bahwa perlu ditingkatkan kesiagaan dan kesigapan dari Aparat Kepolisian, dengan meningkatkan Patroli Keliling, dengan sasaran tempat keramaian, industri hiburan dan peredaran miras, karena kami tidak mau masalah teroris ini membias menjadi konflik horizontal, karena akibat masyarakat awam yang salah menafsirkan dan tidak dapat membedakan masalah teroris dengan masalah suku, ras dan agama.” Bunyi point 3 Pernyataan Sikap tersebut.