Lemahnya Sistem Keamanan, Dalam Sepekan 2 Tindakan Kriminal Terjadi di RSUD Merauke

Baru-baru ini masyarakat Kabupaten Merauke digemparkan dengan kejadian seorang Tenaga Kesehatan (Nakes) yang mengalami tindak kekerasan percobaan pemerkosaan saat sedang berdinas di RSUD Merauke yang mengakibatkan adanya luka sobek di jari akibat tergores benda tajam pada saat melakukan pembelaan diri.


Akibat dari kejadian ini banyak pihak yang mengkritisi mengenai sistem keamanan di RSUD Merauke, salah satunya juga dari rekan-rekan sesama profesi korban yang sesaat setelah kejadian terjadi langsung melakukan aksi unjuk rasanya didepan ruang IGD RSUD Merauke.

Ketua Dewan Perwakilan Komisariat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPK PPNI) RSUD Merauke, Purwaningsih mewakili rekan-rekan seprofesi menjelaskan bahwa korban yang saat itu sedang bertugas diruang penyakit dalam tiba-tiba didatangi oleh seseorang yang hendak ingin memperkosa dengan mengancam korban menggunakan parang namun korban berhasil melawan. Sabtu, (11/12).

“Kami belum tau pasti kondisi beliau seperti apa. Tapi sementara beliau lagi ke kantor polisi untuk membuat laporan. Namun kami dari organisasi profesi akan mengadakan pendampingan kepada beliau untuk mendapatkan keadilan dalam proses hukum dan pendampingan pasca trauma karena pastinya dari kekerasan fisik dan pisikis yang dialami beliau pasti mempunyai trauma untuk kembali berdinas.” Jelasnya.

Dari aksi unjuk rasa yang dilakukan ini organisasi profesi meminta kepada pihak manajemen RSUD Merauke untuk melakukan kembali evaluasi ulang mengenai sistem keamanan yang ada dan pihak manajeman dapat memberikan hukuman yang tegas kepada pihak keamanan jika tidak melakukan tugasnya dengan baik.

“Ada kemungkinan petugas keamanannya lalai. Karena dalam satu minggu ini juga di IGD Covid itu ada ancaman dengan parang. Jadi yang diharapkan dari teman-teman itu adalah keamanan dari seluruh pekerja rsud merauke karena selama ini kan keamanannya belum terjamin karena sudah beberapa kali kejadian yang dialami baik itu pasien, petugas atau keluarga pasien.” Tegasnya.