Sikapi Penyataan Mensos, Kohati: Luka Hati Yang Sangat Menyakitkan Di Berikan Seorang Pejabat Bagi Papua

Fungsionaris Kohati PB HMI yang berasal dari Merauke Papua, Salma Febrianti Rumatoras, S.E
Fungsionaris Kohati PB HMI yang berasal dari Merauke Papua, Salma Febrianti Rumatoras, S.E

Korps HMI Wati Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (Kohati PB HMI) angkat bicara dalam hal menyikapi pernyataan yang dinilai berbau rasis dan diskriminatif oleh Menteri Sosial Republik Indonesia (Mensos RI) Tri Rismaharini.


Pernyataan kontroversi dari Mensos RI Tri Rismaharini itu menjadi trending di media massa sejak tanggal 13-14 Juni 2021, tak cuma itu turut beredar juga video dengan durasi 25 detik yang memperlihatkan Risma saat sedang melampiaskan emosinya kepada para bawahannya, dan kemudahan melontarkan kalimat yang sangat menyakitkan perasaan seluruh masyarakat Papua.

Mantan Wali Kota Surabaya itu mengancam akan memutasi para ASN yang bekerja di Balai Wiyata Guna Bandung ke wilayah Papua karena tidak turut dan tidak membantu pekerjaan di dapur umum.

"Mulai sekarang saya nggak mau lihat seperti ini. Kalau saya lihat lagi, saya pindah semua ke Papua. Saya nggak bisa mecat kalau nggak ada salah tapi saya bisa pindahkan ke Papua sana teman-teman," Ujar Menteri yang akrab disapa ibu Risma itu.

Menyikapi pernyataan  tersebut, salah satu Fungsionaris Kohati PB HMI yang berasal dari Merauke Papua, Salma Febrianti Rumatoras, dalam keterangan persnya kepada awak media menyampaikan bahwa dirinya sangat menyesalkan ucapan berbau rasisme dan diskriminatif tersebut.

Menurut Salma pernyataan mantan Walikota Surabaya itu menjadi tamparan dan hinaan yang sangat menyakitkan kepada seluruh masyarakat Papua. Apalagi ucapan tersebut diutarakan oleh seorang pejabat tinggi negara yang seharusnya memperhatikan kondisi masyarakat dan memperlakukan seluruh masyarakat indonesia dengan adil.

Pernyataan itu mengandung stigma bahwa Papua adalah suatu tempat yang menakutkan sehingga hukuman bagi ASN dari luar Papua yang berkinerja buruk akan dimutasi ke Papua.

Salma berpendapat sikap tidak terhormat dari Tri Rismaharini itu membuat sangat banyak masyarakat bertanya-tanya, khususnya masyarakat Papua yang bertanya apakah ibu Risma yang merupakan Menteri Sosial itu masih menganggap Papua sebagai Indonesia ataukah tidak. 

“Luka hati yang sangat menyakitkan diberikan secara langsung seorang pejabat menteri sosial yang seharusnya ikut menyelesaikan permasalahan-permasalahan sosial yang sedang terjadi di Papua, tetapi malah terang-terangan merencanakan hal yang sepatutnya dikatakan “Buruk” sehingga tidak dapat diterima oleh seluruh masyarakat Papua.” Ujar  Salma.

Salma berpandangan bahwa seharusnya menteri sosial sebagai pejabat publik di Negeri ini juga diproses dan mendapatkan sanksi sebagai efek jera karena telah menyebabkan kegaduhan di tengah masyarakat.