Tarsis Rahailyaan: Memperjuangkan Hak Anak Keturunan Papua

Tarsis Rahailyaan, Tokoh Penandatanganan Otsus Jidil 1.
Tarsis Rahailyaan, Tokoh Penandatanganan Otsus Jidil 1.

Merauke, Papua Selatan – Dalam sebuah wawancara eksklusif, Tarsis Rahailyaan, selasa (26/3) seorang tokoh penting dalam penandatanganan Otsus Papua Jilid 1, memaparkan perjuangannya untuk menyuarakan hak-hak anak keturunan Papua.


Sebagai salah satu figur yang masih hidup yang terlibat dalam penandatanganan Otsus pertama, beliau berbicara tentang kepentingan masyarakat Papua Selatan untuk memahami lebih dalam sejarah Otsus.

"Saya adalah salah satu manusia yang masih hidup yang tanda tangan Otsus jilid pertama," ujar Tarsis Rahailyaan, menegaskan pentingnya pemahaman publik akan sejarah Otsus Papua.

Beliau menjelaskan bahwa anak-anak keturunan Papua selama ini merasa diabaikan dan dianggap anak tiri di tanah leluhur mereka sendiri. Dalam upaya untuk mewakili mereka, beliau menekankan bahwa anak-anak keturunan merasakan kedalaman ikatan dengan tanah dan budaya Papua.

"Dalam aturan ini kan sudah jelas bahwa kami anak-anak keturunan adalah Orang Asli Papua," tegasnya, mengacu pada undang-undang Otsus yang mengatur kriteria orang Papua.

Menyikapi isu kontroversial terkait DPRK Afirmasi, Tarsis Rahailyaan menegaskan bahwa hak untuk maju harus dihormati dan jika terdapat keberatan, proses hukum dapat dijalani dengan adil.

"Saya tidak berniat melawan siapa pun, tapi kami ingin duduk bersama untuk menyelesaikan perbedaan," ungkapnya, mengajak untuk dialog bersama tokoh masyarakat dan adat.

Tarsis Rahailyaan juga mengajukan himbauan kepada generasi Papua agar mempertahankan identitas dan budaya mereka, namun juga menyampaikan aspirasi damai untuk kehidupan yang harmonis di Papua.

"Saya yakin bahwa semua tokoh masyarakat ingin Papua damai. Kami memiliki tanggung jawab untuk menjaga keharmonisan di masa depan," tambahnya, merujuk pada semangat deklarasi yang diwariskan oleh tokoh-tokoh sebelumnya.

Dalam pesannya yang kuat, Tarsis Rahailyaan mengajak agar generasi muda Papua mempertahankan identitas mereka, sambil menghindari konflik yang dapat merugikan kedua belah pihak.