TAK seperti halnya minyak goreng yang kini langka, Adhie Massardi sebagai aktivis pergerakan ternyata tak pernah mengalami kelangkaan estetika dan kelangkaan artistik dalam mengekspresikan kata-kata kegundahannya jadi puisi.
- Cerita di Balik Serah Terima Jabatan Pendidikan Merauke
- Layangan Putus dan Pelajaran bagi Partai Politik
- Akan Gelar Rakerda Perdana, JMSI Sumut Siap Kawal Pembangunan
Baca Juga
Seonggok puisi baru yang bernas berjudul Mazmur Revolusi, dituliskannya baru-baru ini.
Melalui sajak ini ia kembali memotret situasi kekinian di Tanahair.
Ia menulis Mazmur Revolusi bukan cuma untuk menggenapi sajak-sajaknya yang terdahulu, yang kritis, dan umumnya bertema sosial, politik, hukum, dan aspek-aspek kenegaraan lainnya, seperti sajak Negeri Para Bedebah, atau Hikayat Negeri Anjing dan Babi, yang di-release-nya belum lama ini.
Dengan Mazmur Revolusi kali ini, Adhie seperti ingin menggugah kesadaran politik publik untuk merespon kondisi negeri yang sedang benar-benar berantakan, karena ulah para durjana di tampuk kekuasaan.
Bagaikan “Penjaga Malam” dalam karya maestro pelukis asal Belanda, Rembrandt Van Rijn, Night Watch, Adhie menyeru-nyeru, mengingatkan tanda waktu, dan sinyal agar kita semua siaga, seraya menyalakan lentera untuk menghalau kegelapan malam. Di mana di dalam situasi seperti itu berbagai kemungkinan bisa terjadi. Termasuk: Revolusi!
Sajak Mazmur Revolusi ditulis Adhie Massardi berangkat dari kesadaran bahwa bangsa ini sedang membutuhkan para patriot yang sudah seharusnya membela dan membebaskan negeri ini dari para penguasa lancung, membersihkan Tanahair yang kini sedang dilanda kelangkaan moral para penguasanya.
Satu hal yang unik, dan ini jadi salah satu daya tarik sajak ini, adalah cara Adhie menulis kata “revolusi” dengan seluruhnya memakai huruf kapital, tapi huruf “E” dan huruf “L” arahnya di balik.
Sehingga jika kita lihat secara seksama, dalam “revolusi” itu muncul kata “love” (lihat gambar judul).
Kredonya, dalam revolusi ada “love”, ada cinta yang tersembunyi, di balik patriotisme. Dan kredo ini tercermin dalam sajak Mazmur Revolusi yang kali ini lebih panjang dari sajak-sajak Adhie Massardi lainya. Silakan disimak.
MAZMUR REVOLUSI (dalam revolusi ada love, ada cinta tersembunyi di dada para patriot)
Sajak Adhie M Massardi
Jika kamu sudah kerja keras
Tapi pendapatan tak pernah bisa pas
Lalu kamu terjebak
Dalam jerat hutang lintah darat
Bingung saat penagih datang
Berteriak pun tak ada guna
Karena semua tetangga nasibnya sama
Saat itulah kamu boleh
Berpikir tentang revolusi
Jika rakyat sudah kehilangan matapencaharian
Sedang pemerintah tak bisa diharapkan
Karena para pembesar negara
Hanya sibuk menumpuk harta
Dan malah berbuat nista dengan bikin dinasti
Nyelundupkan anak dan menantu
Dalam struktur pemerintahan
Demi kekuasaan berkelanjutan
Seperti di zaman raja-raja
Memisahkan keadilan dari hukum
Menjauhkan kebebasan dari pikiran
Itulah tanda-tanda
Revolusi sudah di depan mata
Revolusi adalah api
Pembakar tiang-tiang keropos
Penyangga pemerintahan yang
Diperbudak keserakahan
Mempertontonkan ketidakadilan
Kemunafikan, dan
Arogansi kekuasaan
Jika penguasa sudah diperbudak keserakahan
Dan kebohongan terus berkepanjangan
Seperti antrean rakyat beli minyak goreng
Tepung terigu, beras dan juga gas
Sementara tempe dan tahu
Sumber protein bagi rakyat
Hilang di pasar-pasar
Menyusul kedelai yang sudah lama ludes
Dipersembahkan kepada sekawanan babi
Sebab di mata kedelai
Babi dianggap lebih lebih mulia
Jika itu terjadi
Maka seharusnya revolusi
Sudah terjadi
Revolusi adalah api
Tersimpan di dada para patriot
Pembakar tiang-tiang keropos
Penyangga keserakahan
Ketidakadilan
Kemunafikan, dan
Arogansi
Kekuasaan
Maka setumpuk ranting garing
Di atas rumput kering
Tak akan pernah menjadi api
Hanya jadi tempat sembunyi
Sejumlah ular, kadal dan binatang
Pemakan serangga
Jika tak disentuh
Para patriot.
Maka berbahagialah sebuah bangsa
Yang memiliki para patriot
Pemilik cinta sejati
Kepada (dewi) Keadilan
Setia kepada cita-cita
Pagar hidup kehidupan rakyat
Penjaga kebenaran
Melindungi kekuasaan
Dari hama keserakahan
Dari benalu politik
Dari parasit demokrasi
Patriot,
Patriot di Perancis, Amerika, Rusia,
Juga patriot di Tiongkok, Kuba, Iran
Dalam dadanya api menyala-nyala
Segera berkobar jika Istana kekuasaan
Dikuasai serangga-serangga jahanam
Tanaman para petani jadi terancam
Merusak gudang-gudang para pedagang
Menebar gatal di setiap jengkal
Merusak tatanan
Merusak moral
Api revolusi yang berkobar
Membakar apa yang layak dibakar
Ketidakadilan
Keserakahan
Kesombongan
Api revolusi yang berkobar
Tak pernah membakar
Para patriot
Dan rakyat
Yang dilindunginya
Abraham!
Ya, Ibrahim!
Ingatlah dia
Bapak Kesetiaan
Kepada Cinta yang diyakini
Setelah menghancurkan berhala-berhala itu
Diceburkan dalam api menyala-nyala
Cinta Sejati
Api Cinta di dadanya
Menyelamatkan Ibrahim
Mendinginkan api
Yang dikobarkan penguasa jahanam
Dan
Para patriot itu
Mereka adalah anak-anak Ibrahim
Pewaris cinta sejati
Kepada keadilan dan kebenaran
Tak gentar kepada oligarki
Pemilik semua berhala
Maka ketika tangan diayunkan
Menghancurkan kuil keserakahan
Tempat pemujaan para penguasa
Yang diperbudak keserakahan
Para patriot riang berdendang:
“O bella ciao, bella ciao, bella ciao ciao ciao…”
Dan para kekasih melambaikan sapu tangan
Kapada para pemilik Cinta dan Kesetiaan
Kepada pejuang Kebenaran dan Keadilan
Mereka rela menunggu di bukit berbunga
Karena yakin para patriot akan kembali
Sebagai burung-burung surgawi
Karena para patriot adalah bangau
Setinggi-tinggi terbang
Tetap akan kembali
Ke jantung hati
Begitulah revolusi
Yang di dalamnya ada love
Ada cinta tersembunyi
Ada patriotisme
Di dada anak bangsa
Maka berhagialah sebuah bangsa
Yang masih memiliki para patriot
Pemilik Cinta Sejati
Penjaga keadilan dan kebenaran
Yang tak jemu menyanyi:
“Jika aku mati
Di palung keadilan dan kebenaran
Semayamkan aku di jantung hati
O bella ciao, bella ciao, bella ciao ciao ciao…”
Penulis adalah pemerhati sejarah dan sastra
- Ingin Jalan-jalan Gratis ke Spanyol dengan Uang Saku Tambahan? Begini Caranya
- Kelompok LPKMM Datangi DPRD Mappi
- Sang Sufi