Berhati Malaikat, Suami Istri di Merauke Rela Jual Rumah dan Mobil Demi Pendidikan di Papua

Luther Tan dan Sherly Indradewi Melubu saat diwawancarai Reporter Rmol Papua
Luther Tan dan Sherly Indradewi Melubu saat diwawancarai Reporter Rmol Papua

Berhati Malaikat, mungkin kalimat itu yang patut disematkan kepada pasangan Suami Istri bernama Luther Tan dan Sherly Indradewi Melubu.


Bagaimana tidak keduanya rela mengorbankan harta benda dan sisa hidup mereka untuk mengabdi dan turut membangun Sumber Daya Manusia di Papua.

Luther Tan merupakan seorang Pria yang lahir dan besar di Jakarta sementara Sherly merupakan seorang Wanita yang lahir dan besar di Sulawesi Tengah tepatnya di Derah Gorontalo.

Berawal ketika keduanya masih kuliah di salah satu Universitas di Yogyakarta, Luther yang merupakan adik kelas dari Sherly sama-sama merasa prihatin dengan keadaan teman sekampus mereka yang berasal dari Papua karena sulit beradabtasi dengan lingkungan dan nampak tidak percaya diri saat berinteraksi dengan teman-teman kampus yang lain.

“Dikampus itu kami ada beberapa teman dari Papua, sepertinya mereka dari Pegunungan Bintang, dan Puncak Jaya, saat ada dalam ruang kuliah saya kok merasa kita sama-sama Indonesia, tapi kok ada sesuatu yang berbeda yang menjadi ganjalan dalam hati saya kenapa teman-teman dari Papua interaksinya agak sedikit minder rasa tidak percaya diri saat bergaul dan jika dalam kelas selalu duduk dibagian belakang, sehingga memancing rasa penasaran diharinya, apa yang sebenarnya terjadi.” Kenang Sherly kepada Reporter Rmol Papua belum lama ini

Sama-sama prihatin dengan keadaan itu keduanya kemudian kedunya mulai berdoa dan membulatkan tekad untuk mengabdikan diri ke Papua, meskipun mereka tidak tahu harus ke Daerah mana di Papua karena keduanya sama-sama tidak punya kenalan ataupun relasi sama sekali di Papua.

Namun jalan Tuhan mulai terbuka ketika tahun 2005 mereka bertemu dengan seorang rekan mereka di Jawa yang dahulunya pernah melakukan pelayanan di Kabupaten Sorong Papua, dan dari situlah kedua pasangan Suami Istri ini memperloleh informasi sebanyak-banyaknya tentang pelayanan dan pengabdian di Tanah Papua, sehingga semakin membulatkan tekad mereka untuk melakukan pelayanan di Papua yang waktu itu menjadi tempat tujuan utama mereka adalah di Kabupaten Sorong.

Sehingga pada akhir tahun 2006 keduanya akhirnya benar-benar membulatkan tekad untuk berangkat ke Papua dan tiba pertama kali di Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura untuk melakukan pengabdian dengan segala keterbatasan yang mereka punya.

“Semenjak saat itu kami selalu berdoa untuk Sorong, namun rupanya Tuhan berkehendak lain, Tuhan tidak membawa kami ke Sorong, tapi Tuhan sorong kami ke Merauke untuk melakukan pegabdian dan pelayanan dalam membangun Sumber Daya Manusia di Papua, Tuhan bawa kita Merauke.” Ucap Sherly

Tiba di Sentani keduanya kemudian mengabdi untuk melakukan pengajaran dan pelayanan untuk masyarakat di Kampung Kehiran, di Distrik Sentani Kabupaten Jayapura.

Namun pegabdian perdana di Papua ini keduanya megabdi dan mengajar untuk masyarakat yang berumur rata-rata 30 sampai dengan 50 Tahun yang rata-rata belum bisa membaca dan menulis dan sangat semangat dengan mendapat menimbah ilmu.

Singkat cerita pada tahun 2011 keduanya akhirnya sampai ke Merauke dan pada tahun 2014 akhirnya keduanya menerima visi untuk dapat secara lebih spesifik untuk bisa menjangkau anak-anak dilapangan.

“Tapi waktu itu kita tidak bisa secara langsung menjalankan visi itu karena kami masih memiliki bayi, apalagi kami berjalan sendiri tanpa modal dan sponsor, sehingga kami menunda visi tersebut dan akhirnya pada tahun 2018 desakan itu makin kuat dihati dan kami memutuskan untuk benar-benar menjalan visi tersebut dengan menjual mobil untuk memenuhi segala kebutuhan dan perlengkapan lalu kami memilih Distrik Okaba Kabupaten Merauke sebagai tempat untuk melakukan pelayanan karena Distik Okaba merupakan Distrik tertua namun dalam hal pendidikan sangat memprihatikan.” Kenang Sherly

Sampai di Okaba kedua pasangan suami istri ini kemudian memulai melekukan pengabdian dengan mengutamakan program buta aksara dengan dibantu oleh satu orang guru yang didapat dari hasil swadaya dari para donator.

Hingga pada bulan Juli Tahun 2020 keduanya sepakat untuk kembali ke kota Merauke dengan membawa anak-anak Papua yang akan dibinanya di Kota Merauke.

Sampai di Kota Merauke mereka kemudian menyewah sebuah rumah untuk dijadikan sebagai asrama guna menampung, membina, dan menyekolahkan anak-anak Papua yang dibawa oleh mereka dari Distrik Okaba.

Namun ketika tahun 2020 mereka meninggalkan Distrik Okaba dengan membawa sebanyak 9 anak Papua yang akan dibina untuk menjadi generasi yang unggul di Kota Merauke.

“Sembilan anak yang kami bawa ini adalah anak yang menurut kai unggul, unggul menurut kami bukan karena mereka lebih pintar atau cerdas ketimbang anak Papua yang lain, melainkan kami melihat tekad dan semangat yang besar untuk belajar dari dalam diri mereka.” Jelasnya

Saat ini kedua pasangan suami istri ini telah memiliki sebuah Yayasan yang fokus bergerak dalam bidang kemanusiaan yang bernama Yayasan Save Generation Centre.