Dorce Meninggalkan Warisan yang Sangat Berharga

Dorce Meninggalkan Warisan yang Sangat Berharga
Dorce Meninggalkan Warisan yang Sangat Berharga

DORCE Gamalama telah tiada. Ia meninggal dunia Rabu (16/2) pukul 07.30 WIB karena Covid-19. Sebelumnya, dia sempat 3 minggu dirawat di RSPP dengan komorbid atau berbagai penyakit bawaan.


Tulisan ini tidak akan mengulas sakit yang mengakhiri hidupnya. Bagian itu sudah banyak diulas. Juga mengenai filmografinya dan jejak digitalnya di dunia film yang secara runut. Semua itu mudah didapati di media sosial. Jejak digital yang mencatat Dorce sebagai penghibur besar di eranya.

Dorce wafat tanpa meninggalkan harta, mungkin barang sepeser pun. Namun, dia meninggalkan warisan besar. Yaitu kisah hidup artis ternama yang pernah berjaya dan berlimpah harta namun pahit di akhirnya.

Video Minta Bantuan

Dorce sudah lama menghilang dari keriuhan dunia artis. Ia menyisih karena menderita sakit. Sebulan terakhir saya mengikuti inisiatif teman-temannya membuat semacam "dompet bantuan" untuk mengurangi beban keuangan Dorce menghadapi sakit.

Inisiatif itu muncul di berbagai group WhatsApp kalangan artis. Tapi tampaknya itu tak cukup mengatasi kebutuhan pengobatan Dorce. Maka Dorce pun terjun langsung meminta bantuan dalam format rekaman video.

Saya mengikuti beberapa rekaman video itu di berbagai kanal media sosial. Sebenarnya ini bukan karakter Dorce yang saya kenal. Dia pula langsung memohon bantuan pengobatan pada banyak pihak.

Dari teman sesama artis, wartawan sahabatnya, produser, sampai ke beberapa pejabat negara. Dari gubernur, menteri, hingga Presiden Jokowi. Saya yakin tokoh-tokoh itu memang dia kenal dan mengenalnya. Paling sedikit pernah "menanggap" dia untuk mengisi acara hiburan dalam pelbagai kegiatan maupun pesta-pesta pribadi mereka.

Saya ulangi. Sepengetahuan saya yang mengenalnya lebih tiga puluh tahun, itu jauh dari  kebiasaannya. Dorce justru dikenal luas ringan tangan membantu banyak orang yang tak mampu. Aksi panggung saja banyak yang free alias dia gratiskan.

Saya menerima kebaikannya itu beberapa kali. Waktu saya berulang tahun dan acara-acara yang digagas grup Cek & Ricek semua free of charge. Padahal, tarif untuk show panggungnya antara Rp 50 juta-Rp 100 juta.

Kami memang cukup dekat. Dia sering menceritakan kiprahnya mendalami. Kalau bertemu istri saya, dia bercakap Minang. Dan, kepada dia berbahasa Bugis dengan fasih. Kabarnya, dia menguasai banyak bahasa daerah, dan bahasa asing.

Saya menonton dengan perasaan sedih video Dorce terbaru yang meminta bantuan kepada Ibu Megawati. Saya membatin: Kemana uang Dorce yang selama ini mengalir deras dari aktivitasnya menghibur orang? Kemana "Rumah Gadang" yang luas itu yang khusus dia bangun untuk menampung kaum dhuafa?

Saya  ingat, tapi lupa persisnya tahun berapa, saya terakhir bertemu Dorce dalam acara ulang tahun Bang Edo, -- panggilan akrab Professor Jenderal Hendropriyono.

Dorce yang dipercaya mengisi acara hiburan waktu ulang tahun Kepala BIN yang sohor itu. Acara yang berlangsung di ballroom hotel berbintang lima dihadiri tamu-tamu penting, sebagian para pengambil keputusan di negeri ini.

Dorce adalah penghibur besar di eranya. Saya kenal Dorce tahun 1990 saat  ia hijrah dari Surabaya ke Jakarta. Namanya sudah melambung sebagai penghibur sewaktu di Surabaya, Jawa Timur kala itu. Semakin populer setelah menjalani operasi transgender dari laki-laki ke perempuan. Beritanya viral.

Saking populernya masa itu, dua produser film nasional di Jakarta hampir berperkara hukum karena berebut mendapatkan hak pertama Dorce menjadi pemeran utama di film pertamanya. Produser itu adalah Jiwad pemilik PT Bola Dunia Film dan Raam Punjabi ponggawa Parkit Film.

"Saya duluan yang mendapatkan hak pertama. Saya sendiri yang mendatanginya di Surabaya. Dia kontrak dengan perusahaan kami. Namun, entah bagaimana setelah itu, datang lain orang atas nama lain perusahaan lain membujuk dia membuat kontrak juga. Dorce diiming-iming jumlah honor lebih besar," kenang Raam Punjabi, Rabu (16/2) siang ketika saya hubungi. Raja Sinetron sedih mendapat kabar Dorce meninggal.

Perkara rebutan itu sempat geger. Terendus wartawan ketika Dorce tiba di Jakarta. Bisa dibayangkan kisruhnya ketika di bandara dia jemput oleh dua tim produser yang berbeda. Masalah itu kemudian diselesaikan dengan kompromi.

Dorce akhirnya bermain di dua film sekaligus dengan syuting yang relatif bersamaan. Dorce bergantian mengikuti kewajibannya di Bola Dunia Film dengan bermain di film "Dorce Ketemu Jodoh" dan di Film dengan judul " Dorce Sok Akrab", produk Parkit Film.

Menikmati Kelezatan Industri Film

Praktis setelah itu Dorce pun menikmati kelezatan industri dunia hiburan secara nasional. Secara ekonomi Dorce termasuk artis papan atas. Tajir. Dia memiliki hampir seluruh simbol-simbol artis sukses.

Tapi Dorce tidak hudup mewah. Ia lebih senang dengan kegiatan menyumbangkan hartanya kepada pihak yang membutuhkan. Pihak mana saja. Tak perduli suku, golongan dan agama.

Saya pernah menulis khusus dan memproduksi satu episode program televisi mengenai Rumah Gadang Dorce. Ratusan orang tinggal di rumah itu, diajarkan mengaji dan  ketrampilan secara gratis. Kebutuhan hidup sehari-hari ditanggung dari kocek pribadi Dorce. Wajar jika Tuhan tak henti mengalirkan rezekinya kepada Dorce sebagai "imbalan" atas pengabdiannya pada kemanusiaan.

Namun, Dorce kemudian menghadapi kehidupan kontras di penghujung hidupnya. Sampai pun untuk berobat saja keuangannya sudah tidak mampu menopang.

Tiada lagi Dorce. Ia sudah pergi. Sudah tenang lepas dari penderitaan akibat sakitnya.  Kisah tragis hidup Dorce hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi rekan sprofessinya dan kita semua.

Kisah pahit itu di dalam kehidupan artis memang bukan yang pertama. Kisah serupa memang terus terulang seiring perjalanan waktu. Kisah hidup Titin Soemarni, artis film sohor di tahun 60-an, juga wafat dalam kondisi sulit ekonomi.

Setelah Titin, masih ada puluhan lagi artis yang bernasib sama. Bahkan ada yang bunuh diri karena tidak tahan dililit kesulitan hidup. Namun pada Dorce, saya sedikit berpandangan lain.

Kemungkinan pemahaman agamanya semakin mendalam. Maka ia dengan sengaja menghabiskan seluruh hartanya begitu mendapatkan firasat akan pergi. Seperti kehidupan wali-wali yang mungkin dia pelajari dan dijadikan contoh.

Menganggap harta hanya beban yang kelak sulit ketika diminta "dihisab" atau pertanggungan jawab oleh Yang Maha Kuasa di akhirat.

Pada dasarnya, Dorce memang seorang artis yang cerdas. Sengaja tanpa harta saat wafat itu juga warisan besar. Selamat jalan Dorce, semoga seluruh amal ibadahmu diterima oleh Allah SWT.

Penulis adalah Wartawan Senior