Kehadiran Asrama ASPUMA Oleh Dinsos, Jadi Solusi Untuk Menekan Jumlah Pecandu Aibon di Merauke 


Dinas Sosial Kabupaten Merauke senantiasa berupaya menjawab terkait persoalan penyalahgunaan zat inhalansia yang marak terjadi di Kabupaten Merauke belakangan ini. 

Salah satunya zat Aditif inhalansia yang terdapat pada bahan perekat yang biasa disebut juga lem aibon, yang mana saat ini lem tersebut sangat banyak disalahgunakan oleh remaja bahkan anak-anak, dengan cara dihirup.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka tersebut adalah adalah dengan dibangunnya asrama ASPUMA yang terletak di kelurahan Kelapa Lima, Kabupaten Merauke.

Asrama ini dimanfaatkan sebagai tempat pra rehabilitasi anak-anak pecandu lem aibon di Kabupaten Merauke. Yang mana saat ini telah memasuki angkatan ke dua, dan setiap angkatan terdiri dari 20 anak asuh dengan dengan rentang usia antara 8 tahun sampai dengan 15 tahun.

Kepada RMOL Papua, Kepala seksi Rehabilitasi Sosial, Tuna Susila dan Perdagangan Orang, Siska Tandung, M.Si, M.Psi yang bertindak sebagai penanggung jawab asrama tersebut mengatakan bahwa semua anak yang berada dalam asuhannya mendapatkan kesempatan untuk berhenti dari pemakaian lem aibon.

Mereka memiliki jadwal kegiatan sehari-hari dari bangun tidur hingga malam dengan berbagai kegiatan seperti olahraga  dan pembelajaran serta diberikan bimbingan agama agar dapat bersosialisasi dengan baik setelah masa pra rehabilitasi. 

"Memang agak sulit untuk langsung melepaskan mereka dari benda itu, biasanya di pekan pertama mereka bisa mengikuti kegiatan dengan tertib namun di hari berikut mulai gelisah dan mencari cara agar bisa keluar asrama untuk mendapatkan lem aibon lagi, akan tetapi mereka tetap kembali ke asrama dan tetap disiapkan mengikuti kegiatan lagi, bagi anak dengan tingkat kecanduan yang tinggi dan sangat sulit dipulihkan maka akan dirujuk ke Makassar untuk mendapatkan rehabilitasi lanjutan Napza," ungkap Siska.

Pada asrama tersebut, anak-anak mantan pecandu lem aibon mendapatkan motivasi yang besar untuk menjadi bagian dari masyarakat yang normal, serta mereka juga diberikan makanan bergizi agar membentuk tubuh yang sehat. 

Kegiatan olahraga pun rutin pun dilakukan setiap harinya agar mereka bisa melupakan kebiasaan menghirup lem Aibon, di bawah bimbingan Bapak Arifin, seorang dosen Penjas Universitas Musamus yang setiap hari melakukan bimbingan olahraga diharapkan mereka mendapatkan kesehatan optimal.

Siska juga mengapresiasi keterlibatan pihak-pihak yang turut memperhatikan proses pra rehabilitasi ini baik dari mahasiswa universitas Musamus yang sering mengajak untuk bermain dan belajar maupun Balai Kesejahteraan sosial Aisyiyah yang mengunjungi dan memotivasi untuk menjadi lebih baik. Balai kesejahteraan sosial (Bakesos) Aisyiyah juga menyumbang sebuah cermin besar untuk media pembelajaran tumbuh kembang dan kepercayaan diri anak.