Tanggapi Insiden Injak Kepala, Bupati Merauke Minta Masyarakat Untuk Menahan Diri

Bupati Kabupaten Merauke, Drs. Romanus Mbaraka,M.T saat diwawancarai Reporter RMOL Papua
Bupati Kabupaten Merauke, Drs. Romanus Mbaraka,M.T saat diwawancarai Reporter RMOL Papua

Menyikapi insiden penganiayaan kepada salah seorang remaja bernama Steven yang merupakan seorang anak yatim piatu dan penyandang disabilitas (Tuna Wicara) oleh dua orang anggota PM TNI AU, Bupati Kabupaten Merauke Romanus Mbaraka melakukan pertemuan dengan pemuda dan mahasiswa Marind. Rabu (28/7).


Tujuan Bupati Merauke mengumpulkan pemuda dan mahasiswa Marind adalah untuk meminta mereka agar dapat menyikapi kejadian tersebut dengan bijaksana, dan tidak melakukan unjuk rasa dikarenakan saat ini Kabupaten Merauke sedang berada dalam kondisi pandemi Covid-19 yang sedang meningkat dan telah merenggut nyawa sangat banyak warga masyarakat Merauke.

“Saya mengumpulkan anak-anak muda Marind, anak Papua tadi dan saya minta agar mereka dapat menyikapi kejadian ini dengan bijaksana karena kita kalau turun jalan kita berada ditengah Covid-19 yang rata-rata tingkat orang meninggal dua sampai dengan tujuh bahkan hingga sembilan orang dalam satu hari, dan dengan tingkat penyebaran Covid-19 yang luar biasa, sehingga saya mohon pengertian dari ade-ade ini untuk kita serahkan kepada proses hukum yang berlaku.” Ujar Bupati Merauke.

Dirinya berharap kejadian ini dapat ditindak secara serius sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, agar ada rasa keadilan kepada masyarakat, khususnya masyarakat Papua.

“Apalagi ini orang asli Papua, karena kita tahu bahwa orang asli Papua betul-betul tidak suka dengan tindak seperti ini, sehingga kita sendiri sebagai aparatur harus betul-betul paham dengan tugas pokok dan fungsi kita, sehingga tindakan yang kita lakukan kepada masyarakat harus berdasarkan standar aturan yang berlaku di TNI, Polri, Sipil dan Pemerintahan.” Ucap Romanus Mbaraka.

Lanjut dijelaskan Bupati berpandangan bahwa kejadian ini harus dilihat dari perspektif Hak Asasi Manusia, sebab secara nilai humanisme bahwa kepala bagi manusia adalah Mahkota tertinggi yang tidak boleh diinjak-injak oleh siapapun, sehingga ia berharap semua orang harus memahami hal tersebut.

“Sehingga saya minta kepada semua orang Merauke, khususnya anak-anak muda tadi agar kita semua menahan diri, jangan sampai dengan emosi yang kita tuangkan di jalan justru ini akan menjadi bagian daripada penyebaran Coronavirus disease 2019 yang sementara kita alami.” Terangnya.