Umat Hindu di Kabupaten Boven Digoel Laksanakan Sembahyang Hari Raya Kuningan

Rayakan Hari Raya Kuningan, umat Hindu di kabupaten Boven Digoel melakukan persembahyangan di Pure Satya Loka Tanah Merah, Sabtu (14/1)


Sejarah Hari Raya Kuningan tak lepas kaitannya dengan rangkaian Hari Raya Suci Galungan. Hari Raya Galungan dan Kuningan adalah salah satu peringatan hari besar keagamaan bagi umat Hindu, yang dirayakan dua kali setahun dalam kalender masehi.

Saat ditemui usai Sembahyang Ketua Parisade Hindu Dharma Indonesia (PHDI) kabupaten Boven Digoel Made Dharme menerangkan bahwa Hari Raya Kuningan adalah hari raya suci yang diperingati umat Hindu untuk memohon keselamatan, perlindungan, dan tuntunan lahir batin kepada Dewa, Bhatara, dan para Pitara. Hari Raya Kuningan juga kerap disebut Tumpek Kuningan. 

"Hari Raya Kuningan juga adalah rangkaian dari Hari Raya Galungan. Hari Raya Galungan diperingati untuk menyatukan kekuatan rohani supaya mendapat pikiran dan pendirian yang tenang. Hari Raya Kuningan ini dirayakan beberapa hari setelah Hari Raya Galungan, " ungkapnya. 

Lebih lanjut dikatakan ketua PHDI, Umat Hindu merayakan Hari Raya Kuningan sebagai hari raya kemenangan dharma (kebenaran) melawan adharma. Hari Raya Kuningan dimaknai sebagai perayaan untuk selalu menjaga kemenangan dharma yang dirayakan saat Hari Raya Galungan.

"Pada perayaan hari Raya Kuningan, umat Hindu menghaturkan sembah untuk memohon berkah, keselamatan dan kesejahteraan bagi semua umat. Pada saat Hari raya Kuningan juga memberikan persembahan kepada para leluhur, memohon kemakmuran, perlindungan, keselamatan dan juga tuntunan ke hadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa, " tuturnya kepada Reporter RMOL Papua. 

Lebih juah dikatakan Made Dharme, makna Hari Raya Kuningan adalah untuk memohon keselamatan, kedirgayusan, perlindungan dan tuntunan lahir-batin. Hal ini tunjukkan ujmat Hindu dengan melakukan pemujaan kepada para Dewa, Bhatara, dan para Pitara.

"Umat Hindu mempercayai bahwa para Dewa, Bhatara, diiringi oleh para Pitara turun ke bumi hanya sampai tengah hari saja. Sehingga upacara dan persembahyangan Hari Raya Kuningan hanya diselenggarakan sampai tengah hari saja, " jelasnya. 

"Ciri khas saat perayaan Hari Raya Kuningan adalah dari isi sesajen atau persembahan umat Hindu yakni berupa nasi kuning. Berbeda dengan pada saat upacara hari suci lainnya yang menggunakan sarana nasi putih.

"Simbol nasi kuning ini, sebagai lambang sebuah kemakmuran sekaligus sebagai bentuk ucapan terima kasih dan syukur atas segala anugerah dari Tuhan. Makna tersebut selaras pada asal kata Kuningan yaitu "uning' yang mengacu pada kata kuning yang diartikan sebagai lambang kemakmuran.

"Perhitungan perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan tersebut didasarkan pada kalender Bali. Hari Raya Kuningan dirayakan setiap hari Sabtu pada wuku Kuningan.

"Untuk tahun ini, Hari Raya Galungan dan Kuningan 2023 telah diatur dalam Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 422.3/15315/PK/BKPSDM tentang Hari Libur Nasional, Cuti Bersama dan Dispensasi Hari Raya Suci Hindu di Bali Tahun 2023," Pungkas ketua PHDI Boven Digoel Made Dharme.