Ada Apa Dengan Remaja Kita? 

O.S.A.N Jani Ode Tanda,S.E (Koordinator Fungsi Sosial BPS Kabupaten Mappi)
O.S.A.N Jani Ode Tanda,S.E (Koordinator Fungsi Sosial BPS Kabupaten Mappi)

Cerita remaja adalah cerita yang begitu kompleks dalam pembahasannya tetapi juga menarik. Remaja adalah masa perkembangan manusia yang merupakan batas awal menuju kedewasaan dimana aktifnya hormon seksual sehingga cenderung memiliki rasa penasaran yang lebih tinggi dalam seksual.

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Usia remaja biasanya memiliki rasa penasaran yang tinggi dan cenderung berani mengambil resiko atas apa yang dilakukannya tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu..

Remaja adalah masa awal aktifnya hormon seksual sehingga cenderung memiliki rasa penasaran yang lebih tinggi dalam seksual. Kurangnya informasi terkait Kesehatan reproduksi, alat kontrasepsi, dan family planning menjadikan banyak remaja tanpa pikir Panjang melakukan hubungan seks pranikah tidak aman yang berisiko tertular berbagai macam penyakit.

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 yang dilakukan oleh BPS menunjukan bahwa 7% remaja perempuan berumur 14 – 19 tahun di Indonesia sudah menjadi ibu. Sedangkan 5% diantaranya sudah pernah melahirkan dan 2% sedang hamil anak pertama, data tersebut menunjukan bahwa remaja merupakan pelaku seks aktif, dan masih memiliki pemahaman tentang Kesehatan reproduksi yang rendah. Persentase remaja Wanita di pedesaan yang telah menjadi ibu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang tinggal di daerah perkotaan, yaitu 10 % dan 5%.

Fertilitas remaja merupakan isu penting karena berhubungan dengan tingkat kesakitan serta risiko kematian ibu dan anak. Ibu remaja lebih berisiko mengalami masalah Kesehatan dan kematian yang berkaitan dengan persalinan dibandingkan dengan Wanita yang lebih tua. Selain itu, melahirkan pada umur remaja mengurangi kesempatan melanjutkan Pendidikan atau mendapatkan pekerjaan.

Data BPS menyebutkan proporsi penduduk terbesar berada pada usia remaja. Berdasarkan hasil proyeksi, jumlah remaja pada 2018 sebanyak 22.133.900 jiwa meningkat menjadi 22.134.800 jiwa pada 2019. Proporsi penduduk remaja yang lebih besar dibandingkan proporsi penduduk pada kelompok usia lain ini seharusnya menjadi dasar kuat bagi pemerintah untuk membuka akses dan layanan hak Kesehatan reproduksi serta seksual seluas – luasnya bagi remaja.

BKKBN juga telah mengembangkan program pusat informasi dan konseling Kesehatan reproduksi remaja (PIK KRR) dan bermaksud memasukannya menjadi kurikulum Pendidikan nasional. Beberapa Lembaga swadaya masyarakat (LSM) juga telah mengembangkan program mengenai Kesehatan seksual dan reproduksi remaja. Namun program dan kurikulum Pendidikan Kesehatan seksual dan reproduksi yang dikembangkan oleh masing-masing LSM dan pemerintah masih terkesan dilaksanakan sendiri-sendiri. Belum diterapkan secara sinergis. Pendidikan Kesehatan reproduksi dan seksual untuk remaja diyakini menjadi jawaban atas persoalan-persoalan tersebut.

Pendidikan Kesehatan reproduksi dan seksual yang komprehensif sejatinya menjadi kebutuhan yang mendesak untuk segera disampaikan kepada remaja. Pendidikan Kesehatan reproduksi dan seksual komprehensif akan sistematis dan tertata jika masuk melalui jalur Pendidikan sekolah. Upaya-upaya yang dilakukan perlu digali dari remaja, guru, otoritas sekolah dan stakeholder terkait.

Remaja, perlu dilibatkan mulai dari perencanaan hingga evaluasi program. Karena pelaksanaan Pendidikan Kesehatan reproduksi dan seksual yang komprehensif juga harus dibarengi dengan penyediaan layanan terkait hak dan Kesehatan reproduksi dan seksual yang ramah remaja.

Penulis adalah: O.S.A.N Jani Ode Tanda,S.E yang saat ini bekerja sebagai Koordinator Fungsi Sosial BPS Kabupaten Mappi