Boven Digoel, Politik dan Relasi Sosial Masyarakat

Marthen Luther Wambarop/ Pemerhati Muda Boven Digoel
Marthen Luther Wambarop/ Pemerhati Muda Boven Digoel

Boven Digoel merupakan salah satu kabupaten di Selatan Papua yang berbatasan langsung dengan Papua New Guinea. Masyarakat lokal yang mendiami Boven Digoel terdiri dari lima suku besar, sebagian besar penghidupannya di hubungkan langsung melalui Sungai Digul. Corak kehidupan masyarakat sangat variatif dan welcome pada arus modernisasi.

Pranata kehidupan sosial masyarakat mengalami konstipasi dan berpotensi retak. Keretakan itu dikarenakan sistem politik lokal yang pada dasarnya tidak memperhitungkan local wisdom setempat. Dengan demikian ego sektoral selalu di push guna mendapatkan popularitas. Demi popularitas sehingga pengkultusan menjadi satu-satu alat guna menjaga kestabilan politik skala jangka pendek.

Penertiban masyarakat secara sistematis dan terstruktur secara kelembagaan melalui mekanisme politik belum banyak dipahami baik oleh masyarakat lokal, atau dalam stratifikasi sosial disebut masyarakat kelas III. Sehingga pengaktualisasian diri sebagai generasi baru terkesan acuh tak acuh, fanatisme menjadi salah satu dalil untuk berdalih antar sesama generasi baru.

Dinamika politik daerah tingkatan eksekutif periode 2020-2025 sangat banyak menguras energi masyarakat Boven Digoel sehingga terkesan tidak adaptif terhadap harapan hidup bersama. Banyak tokoh yang bermunculan pada dinamika politik daerah dan hanya satu dalih yang selalu menjadi jualan yakni anak negeri. Pemuda kehilangan rasionalitas untuk memperjuangkan sebuah paradigma lain yang dapat memobilisasi seluruh aspek kepentingan bersama yakni faktor.

Boven Digoel faktanya membutuhkan seorang faktor yang dapat menggerakan seluruh komponen masyarakat melalui mekanisme budaya (local wisdom) setempat. Pengejawantahan budaya didalam Motto Boven Digoel harus di jembreng secara vulgar dan telanjang sehingga menjadi acuan hidup seluruh masyarakat yang telah beranak pinak di tanah pembuangan tahanan politik pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1930 ini. Karena yang mempersatukan manusia Boven Digoel adalah budaya dan bukan politik, ekonomi, sosial crime, dan lain sebagainya.

Local wisdom lah yang akan mengantarkan deus ex machina untuk membangun daerah ini, membangun kota yang mempunyai jejak sejarah harus dimulai dengan perspektif budaya karena dari awal ada korelasi ini. Pesta budaya oleh tuan rumah kemudian temukan resolusinya dan minta satu sistem politik lain kepada pemerintah pusat untuk mengakomodir seluruh bentuk penafsiran yang ada demi satu kesatuan Negara yang utuh yakni afirmasi politik.