Harga Beras Melambung, Sagu sebagai Pilihan Alternatif yang Ekonomis dan Bernilai Gizi 

Efrilia Kartini Wambes (Mahasiswa S2 ilmu Gizi Universitas Hasanuddin), Tugas Belajar dari Kabupaten Boven Digoel
Efrilia Kartini Wambes (Mahasiswa S2 ilmu Gizi Universitas Hasanuddin), Tugas Belajar dari Kabupaten Boven Digoel

Penulis: Efrilia Kartini Wambes (Mahasiswa S2 ilmu Gizi Universitas Hasanuddin, Tugas Belajar dari Kabupaten Boven Digoel).


Kemarau panjang yang mengakibatkan ketersediaan air kurang dan produksi menurun menyebabkan harga beras menjadi mahal. Harga mahal dan sulitnya mendapatkan beras di beberapa kabupaten di Papua Selatan akhir – akhir ini membuat masyarakat bertanya – tanya. Bukan hanya masyarakat, pedagang beras di pasaran yang merupakan mitra Bulog sendiri pun kesusahan mendapatkan beras. Pemerintah selain sudah berkoordinasi dengan Bulog tetap berharap kedepan panen padi petani mendapatkan hasil yang baik. “Ya kedepan kita berharap panen petani bisa baik untuk mencukupi, program pasti ada baik di dinas pertanian kabupaten maupun provinsi,” ucap Pj. Gubernur Papua Selatan Dr. Ir. Apolo Safanpo,ST.,MT di kantor Dinas Pertanian provinsi Papua Selatan, Senin (7/8/23).

SAGU merupakan salah satu makanan khas yang berasal dan wilayah Indonesia Timur khususnya Papua dan Maluku. Sagu dapat tumbuh di berbagai kondisi tanah dan iklim, membuatnya menjadi pilihan yang tahan terhadap perubahan cuaca dan lingkungan. Hal ini dapat memberikan kestabilan pasokan pangan, terutama di wilayah Papua Selatan khususnya Merauke yang sedang  mengalami kesulitan dalam produksi beras. Sagu merupakan sumber karbohidrat yang rendah dan lemak dan bisa menjadi salah satu alternatif untuk pengganti nasi ketika harga beras melambung naik. Selain itu, dengan menjadikan sagu sebagai bahan pangan pengganti nasi, dengan membangun jejaring pasar dan pemasaran untuk produk-produk sagu dapat membantu masyarakat Merauke memasarkan hasilnya secara efisien dan pengembangan produksi sagu dapat memberikan peluang pemberdayaan local untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga dan komunitas.

Ketahanan Pangan Makanan sagu memiliki potensi besar dalam meningkatkan ketahanan pangan, terutama di wilayah-wilayah yang rentan terhadap perubahan iklim, kerentanan lingkungan, atau keterbatasan produksi pangan. Beberapa waktu lalu, melalui program Matching Fund 2023 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung, Kabupaten Merauke bersama Tim Kedaireka Universitas Musamus memberikan alat pemarut sagu di Kampung Zanegi Distrik Animha. Dinas PMK merupakan istansi yang pertama melakukan kolaborasi bersama Unmus dalam Program Kedaireka sehingga kedepanya dapat dijadikan sebagai contoh untuk istansi lainya. Tidak menutup kemungkinan kedepannya akan dilakukan pelatihan pembuatan bakso dari  Tepung sagu dan proses kemasan sehingga menjadi ciri khas kampung ini.

Penyerahan alat diwakili oleh bapak Abraham Koibur, S.Sos.M.AP. selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Dr. Yus Witdarko, M.T selaku ketua tim kedaireka. Alat yang diberikan langsung diterima oleh kepala kampung bapak Natalis Basik Basik dan disaksikan langsung oleh masyarakat.  Kepala kampung mengatakan bahwa “alat yang diberikan sangat membantu, karena selama ini salah satu faktor yang menghambat produksi sagu menjadi rendah di kampung ini  salah satunya yaitu proses pemarutan yang membutuhkan waktu lama sehingga dengan alat ini sangat membantu masyarakat dan tentunya disambut riang gembira dan ucap sukur, selain itu kepala kampung berharap tidak hanya pada penyerahan alat tetapi budidaya dan pengolahan sagu menjadi produk turunan perlu dilakukan” karena makanan sagu memberikan kontribusi pada diversifikasi pangan. Dengan memperkenalkan sumber karbohidrat alternatif seperti sagu, masyarakat dapat mengurangi ketergantungan pada satu jenis sumber pangan, seperti beras. Ini penting untuk menghadapi risiko bencana alam, perubahan cuaca, atau gangguan lain yang dapat mempengaruhi produksi bahan pangan utama.

Diharapkan juga kepala-kepala Kampung dapat menyiapkan lahan untuk perkebunan sagu melalui Dana Desa yang dapat mendukung skema-skema untuk ketahanan pangan seperti sagu yang persentasenya 20 persen. Agar Ketika pengambilan sagu di hutan terus dilakukan tetap dibarengi dengan penanaman kembali supaya tetap lestari atau tidak punah dan bisa menangani keluhan kelaparan di sebagian keluarga karena tidak tersedianya pangan lokal tersebut di kampung-kampung.

Kaya Gizi Makanan sagu sebagai pengganti beras memiliki potensi untuk menjadi alternatif yang menarik dan bernilai gizi tinggi. Sagu, yang dihasilkan dari pohon sagu, merupakan sumber karbohidrat yang penting dan dapat menjadi pilihan yang baik untuk diversifikasi konsumsi pangan. Pertama-tama, sagu memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, yang memberikan energi yang diperlukan untuk aktivitas sehari-hari. Selain itu, sagu juga mengandung serat, yang dapat mendukung fungsi pencernaan dan menjaga kesehatan usus. Sagu juga mengandung sejumlah vitamin dan mineral yang penting untuk kesehatan, meskipun kadar vitamin dan mineral bisa bervariasi. Ini termasuk vitamin B kompleks, seperti tiamin (B1) dan riboflavin (B2), serta mineral seperti fosfor dan zat besi.

Dari segi harga, sagu juga dapat menjadi pilihan yang lebih terjangkau untuk beberapa komunitas, membantu mengurangi beban ekonomi terutama di wilayah-wilayah yang bergantung pada beras sebagai sumber karbohidrat utama. Meskipun sagu memiliki manfaat gizi yang signifikan, penting untuk diingat bahwa diversifikasi pangan tetap diperlukan untuk memastikan asupan nutrisi yang seimbang. Kombinasi sagu dengan sumber pangan lain, seperti sayuran, buah-buahan, dan protein, akan membantu memenuhi kebutuhan nutrisi yang lebih luas. Selain itu, cara pengolahan dan persiapan sagu juga memainkan peran penting dalam memastikan retensi nutrisi yang optimal. Dengan pemrosesan yang tepat, sagu dapat menjadi bagian integral dari pola makan yang seimbang dan memberikan kontribusi positif terhadap aspek kesehatan dan gizi serta Pengenalan sagu sebagai alternatif beras perlu didukung oleh edukasi masyarakat tentang manfaatnya, dan jika memungkinkan, disesuaikan dengan kebiasaan dan selera masyarakat setempat.