Jejak Pena Papua Selatan Di Jawa Timur

Marthen Luter Wambarop, Tokoh Intelektual Muda Boven Digoel   
Marthen Luter Wambarop, Tokoh Intelektual Muda Boven Digoel  

Dalam Pasal 31 ayat (1) Undang – Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara tetapi pendidikan dasar merupakan kewajiban yang harus diikuti oleh setiap warga negara dan pemerintah wajib membiayai kegiatan tersebut”. 

Sehingga dengan demikian, guna memajukan sumber daya manusia sebagaimana yang diharapkan bersama maka, pemerintah daerah dengan regulasi yang ada harus menyiapkan blueprint dengan jangkah kerja atau target tertentu.

Perkembangan tidak mungkin terhindarkan dari persoalan dan Papua pun disana, di dalam dinamika itu. Dinamika akan menyelundupkan kepentingannya pada sifat relativitas tertentu. Perkembangan Papua dalam tiga dekade terakhir lebih pada kelompok wilayah adat tertentu, diam-diam telah terjadi sekian tahun. Wilayah Papua bagian selatan bukan pelengkap secara etis, budaya, administrasi, dan lain lain pada provinsi Papua. Tetapi dinamika memaksa untuk saling mencurigai satu dengan lainnya.

Mahasiswa Papua Selatan di Provinsi Jawa Timur yang notabene merupakan minoritas oleh sesama Papuans sangat terbatas. Dari segi kualitas, kuantitas, sarana prasarana, kebersatuan, dan aspek-aspek lainnya, hidup dalam pendikotomian serta eksklusif. Lalu dengan keberanian mengatakan mereka tidak sosialis. 

Tidak, tidak demikian, pemerintah daerah harus ada disana dan menunjukan jalan pada mereka. Mahasiswa Papua selatan di Jawa Timur, kabupaten Malang dan sekitarnya kehidupan keluarganya dari masyarakat sosial kelas tiga. Ini fakta konkrit di lapangan.

Saya sering percayakan guna memberi semacam sugesti kepada mereka (adik-adik) agar selalu tetap percaya diri serta sentiasa melakukan yang terbaik untuk diri sendiri dan orang banyak. Saya dianggap sebagai kakak, senior, orang tua, tokoh, pelindung untuk mereka. Ini persoalan serius yang mestinya pemerintah Merauke, Boven Digoel, Mappi, dan Asmat hadir disana (situasi demikian).

Sampai kapan semua ini akan tersingkap guna benar-benar memprioritaskan sumber daya manusia. Dengan susah payah saya (penggagas serta inisiator) dan saudara lainnya berdasarkan inisiatif sendiri mendirikan organisasi kemahasiswaan. Organisasi mahasiswa tersebut mencakup wilayah adat HA-ANIM, dan organisasi ini di sepakati dengan nama MEDIMAS, Merauke, Boven (Digul), Mappi, dan Asmat. 

Tidak sampai disitu, dengan relasi yang sudah saya bangun di Jawa, seluruh kegiatan kemahasiswaan di biayai oleh kawan-kawan donator PEMDA Malang dan PEMDA Surabaya. Dengan relasi itulah saya memberikan adik-adik di kota Malang satu unit kontrakan digunakan sebagai sekretariat MEDIMAS dan satu unit kontrakan di kota Jombang untuk adik-adik yang ada disana.

Agar mahasiswa MEDIMAS dan Papuans umumnya tidak terkesan kampus rumah, atau sifat eksklusifitas itu menyalibkan mereka, saya bersama rekan mendirikan sebuah organisasi masyarakat (ORMAS) yang diberi nama Solidaritas Generasi Muda Papua (SGM- P), saya (Marthen Luter wambarop) menjabat jabatan Wakil Ketua Umum dan Ferdinand Ari Waropen menjabatan jabatan Ketua Umum. 

Organ inilah sebagai instrumen guna membantu mendorong kemajuan sumber daya manusia Papua. Alhasil beberapa balai latihan kerja (BLK) telah bersinergi dengan SGM-P. Dan untuk diketahui, SGM-P tidak serta merta di kota Malang (BLK Singosari dan Wonojati) saja, tetapi beberapa kota di Jawa Timur, dan SGM-P telah memiliki chanel di Jawa Tengah.

Harapannya seluruh kabupaten/kota di Papua mampu menerjemahkan problem sosial sebagai sesama Papua dan menegakan benang basah sebagai sesama anak bangsa bila berkeinginan merajut nasionalisme. Untuk meminimalisir keadaan dan harapan kedepan maka saya mengajak pemuda Papua Selatan agar lebih proaktif dalam kerja-kerja nyata. Papua selatan memiliki aset alam yang tidak kalah menarik untuk dikelola. Dengan demikian ruang-ruang ini diisi oleh masyarakat setempat, benahi pola perekonomian rakyat yang benar-benar basisnya mengangkat potensi kearifan lokal. Pemerintah dan atau policy maker harus berani memberikan ruang kepada pemuda guna menjembatani berbagai ketimpangan yang terjadi. Pepatah klasik : si vis pacem, para bellum (jika kau mendambakan perdamaian, bersiap-siaplah menghadapi perang).

 

Penulis adalan Marthen Luter Wambarop yang merupakan seorang Tokoh Intelektual Muda Boven Digoel