Papua Tanah Damai dan Damai Tercipta Jika Kita Berani

Danrem 174/ATW Merauke Brigjen TNI Bangun Nawoko
Danrem 174/ATW Merauke Brigjen TNI Bangun Nawoko

Namun selama 76 tahun sejak negara ini di prokalamisakan, kedaulatan negara di wilayah Provinsi Papua terkesan belum didapatkan secara utuh akibat masih berkelanjutanya konflik dan gangguan keamanan terhadap jalannya pemerintahan dan stabilitas sosial masyarakat, bahkan Pepera tahun 1969 yang menghasilkan keputusan Rakyat Papua untuk menjadi bagian dari NKRI pun masih sering dipertanyakan legalitas dan prosesnya oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan atas Papua yang mengakibatkan sering terjadinya konflik bersenjata yang merugikan negara maupun masyarakat Papua sendiri sehingga proses pembangunan di Papua terus menerus mengalami gangguan yang menyebabkan masyarakat Papua semakin tertinggal oleh masyarakat di wilayah lain NKRI.

Untuk mengatasi persoalan tersebut berbagai pendekatan telah dilakukan oleh negara mulai dari dilakukannya evaluasi serta perubahan secara terus menerus, namun upaya itu sepertinya belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan walaupun telah berlangsung selama lebih dari 50 tahun sejak Pepera tahun 1969 yang menyebabkan konflik politik maupun bersenjata yang masih terus terjadi hingga saat ini bahkan terlihat kecenderungannya menjadi peningkatan gangguan keamanan terhadap masyarakat maupun aparat TNI-Polri yang mengakibatkan korban jiwa dan kerugian harta benda yang tidak sedikit, terutama di wilayah Pegunungan.

April 2020 adalah awal saya memulai penugasan dan pengabdian sebagai Danrem sekaligus Dankolakops Korem 174/ATW Merauke, dimana sebuah tantangan besar menunggu di depan mata  sebagai seorang prajurit yang diberi amanah tertinggi dari negara untuk bertugas di daerah yang identik dengan konflik berkepanjangan, apalagi wilayah penugasan yang saya hadapi mencakup Kabupaten Mimika yang mana  pada tahun 2017 di Kampung Banti-Kimbely, wilayah pegunungan bagian utara yang berdekatan dengan area PT. Freeport terjadi penyanderaan terhadap 1.300 orang warga masyarakat oleh kelompok bersenjata.

Saya memiliki keyakinan sekaligus tekad bahwa pendekatan yang digunakan dalam menghadapi masyarakat Papua yang masih belum sadar harus dirubah apalagi mereka yang masih terus melakukan aksi-aksi gangguan keamanan adalah bagian dari masyarakat yang kehidupannya relatif terisolir dengan keterbatasan akses pada dunia dan budaya lain yang lebih maju, serta kurang terjangkau oleh geliat pembangunan kesejahteraan, karena itu tidak seharusnya negara hadir kepada mereka hanya dengan pendekatan keamanan yang cenderung represif melainkan mereka harus dirangkul, disentuh hatinya dan dibantu untuk meningkatkan kualitas hidup.

Perubahan itu memang bukanlah hal yang mudah karena karakter dasar para prajurit yang menjadi anggota saya adalah mereka yang dididik dan dilatih untuk bertempur dan menghadapi situasi-situasi dengan kekerasan, namun saya memiliki keyakinan dan tekad bahwa itu harus dilakukan jika ingin melihat wilayah Papua semakin damai dan maju sebagaimana kalimat bijak dari Albert Einstein, “dunia yang kita ciptakan itu adalah proses berpikir kita. Itu tidak bisa diubah tanpa mengubah pemikiran kita”. Sehingga hal mendasar yang harus saya lakukan adalah merubah mindset para prajurit saya yang bertugas menjaga kedaulatan negara di wilayah Kolakops Korem 174/ATW.

Sebagaimana sesanti Korem Anim Ti Waninggap yang berarti “Kami Saudara Yang Baik”, maka setiap prajurit secara perorangan maupun satuan yang melaksanakan tugas di wilayah Kolakops Korem 174/ATW harus memiliki semangat untuk menjadi saudara yang baik bagi masyarakat Papua. Sebagai saudara yang baik, maka setiap prajurit wajib meniatkan bhaktinya untuk Papua dengan mencintai, melindungi, membantu dan menjaga harkat serta martabatnya masyarakat Papua. Prajurit dan masyarakat harus bisa hidup berdampingan, saling membantu dan saling menjaga.

Para prajurit TNI yang akan melaksanakan tugas menjaga kedaulatan NKRI di Papua harus mau merubah mindset nya dengan tidak mengedepankan cara berpikir kekerasan dan berorientasi pada kuantitas “kontak” dengan kelompok bersenjata serta hasil yang didapatkan sebagai tolak ukur keberhasilan pelaksanaan tugas. Jika sasaran akhirnya adalah dimenangkannya hati dan pikiran rakyat, maka ketiadaan gangguan dari kelompok bersenjata di wilayah penugasan suatu satuan dan tingkat penerimaan masyarakat terhadap satuan tersebut justru seharusnya dijadikan sebagai ukuran keberhasilan, bukan malah dianggap bahwa satuan tersebut malas melakukan patroli dan sebagainya.

Sebagai hasil, di wilayah Papua Selatan yang menjadi tugas dan tanggung jawab Kolakops Korem 174/ATW Merauke, terjadi penurunan frekuensi dan kualitas gangguan keamanan yang dilakukan oleh KSB sejak tahun 2020 hingga tahun 2021 secara signifikan, bahkan dapat dikatakan tidak ada setetes darahpun yang tertumpah selama kurun waktu tersebut.

Puncaknya, Pekan Olahraga Nasional (PON XX) yang diselenggarakan di wilayah Kabupaten Merauke dan Kabupaten Mimika berjalan dengan lancar, aman dan sukses tanpa gangguan dari KSB. Hal tersebut menjadi salah satu cerminan bahwa kedamaian dan keamanan bisa tercipta di bumi Papua jika terjadi harmoni yang sesungguhnya antara negara dan masyarakat Papua.

Kesimpulan dari itu semua, untuk menciptakan kedamaian di tanah Papua seluruh stakeholder termasuk para Prajurit TNI yang bertugas di Papua harus benar-benar memiliki keberanian untuk merubah mindset dalam melaksanakan tugasnya. Masyarakat Papua bukanlah musuh yang harus diperangi, melainkan saudara kandung yang harus dicintai, dilindungi, dibantu dan dijaga harkat dan martabatnya. Jika keberanian tersebut dapat dibangun dengan sungguh-sungguh dalam hati dan pikiran semua pihak yang melaksanakan tugas di Papua, maka keberhasilan tidak akan sulit untuk dicapai, karena pada dasarnya PAPUA ADALAH TANAH DAMAI.

20 bulan masa pengabdian saya di Tanah Papua, telah menorehkan makna dan cerita tersendiri dalam perjalanan hidup saya yang mungkin tidak didapatkan di wilayah lain di NKRI. Semoga kehadiran saya di Tanah Papua, juga bisa memberi manfaat bagi masyarakat Papua, khususnya wilayah Kolakops Korem 174/ATW.

Papua Tanah Damai dan damai itu bisa tercipta jika kita berani. Berani mencintai, melindungi, membantu dan menjaga harkat serta martabat masyarakat Papua. Mari bersama-sama, bersatu hati dan bersatu tujuan untuk mewujudkannya.