Peringati Hari Pahlawan, Lembaga Pusat Kajian Orang Marind Lakukan Diskusi Publik

Lembaga Pusat Kajian Orang Marind menggelar kegiatan dialog Publik dalam rangka memperingati hari pahlawan nasional. Selasa (9/11)


Kegiatan yang di dilaksanakan di taman Satwa Yamai Atid ini dilaksanakan dengan tema Menghadapi Pandemi Covid-19 dan pembangunan Papua Era Baru Menuju Papua Selatan menghadirkan narasumber pejuang kemerdekaan 1945 Oma Anneke Makawangkel Makagiansar, Tokoh Reformasi 1945 Frederikus Gebze, dan anak dari pahlawan nasional Frans Kaisiepo, Viktor Kaisiepo serta dengan di moderatori oleh Akademisi Damianus Katayu.

Turut hadir juga dalam kegiatan ini berbagai tamu undangan dari jajaran Forkopimda Kabupaten Merauke, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda, Aktivis dan Mahasiswa.

Dalam penyampaiannya pejuang Kemerdekaan 1945 Oma Anneke Makawangkel Makagiansar mengenang kembali masa mudanya saat ikut dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Terlihat para peserta yang hadir sangat berantusias ketika mendengarkan Oma Anneke Makawangkel Makagiansar menceritakan masa-masa kritis bangsa Indonesia di awal kemerdekaan.

Dalam kesempatan yang sama Viktor Kaisiepo selaku anak kandung dari Pahlawan Nasional Frans Kaisiepo menjelaskan mengisahkan tentang masa-masa kecilnya bersama sang ayah.

“Rentang usia antara saya dengan ayah cukup jauh, bahkan banyak yang mengira bahwa saya adalah cucu dari beliau, saya bersama beliau sampai dengan umur 3 tahun, sehingga kenangan bersama beliau yang saya ingat sampai dengan masa-masa ketika saya akan memasuki TK.” Ujarnya.

Sementara Tokoh Pejuang Reformasi 1998, Frederikus Gebze yang juga merupakan mantan Bupati Kabupaten Merauke dalam dialognya bersama para peserta yang hadir memberikan motivasi kepada para pemuda yang hadir.

Ia meminta agar para generasi muda Papua harus berjuang untuk menjadi mandiri, dan tidak terus menerus di manjakan oleh berbagai kebijakan dan situasi.

Ia mengilustrasikan dengan sebuah kisah antara anak buah dan seorang bos yang sangat senang mengkonsumsi pisang, dan memberikan kulit pisang kepada anak buahnya tersebut.

Hingga pada masa anak buahnya tersebut naik pangkat dan harus menjadi bos, anak buah itu tetap senang memakan kulit pisang, dan justru memberikan buah pisangnya kepada anak buahnya.

Ia menceritakan hal tersebut untuk menggambarkan bagaimana kebijakan itu tidak beda dengan jauh dengan berbagai kebijakan dan kemudahan yang diberikan oleh negara kepada generasi muda Papua, sehingga ia meminta agar para generasi muda Papua tidak selalu dimanjakan oleh berbagai kebijakan, namun harus siap untuk bertarung dalam segala keadaan.