REDESIGNING TOURISM POTENTIAL IN SUPPORTING LOCAL FOOD CULTURE FESTIVALS IN PAPUA REGION


Oleh : Fitriani, Ransta L Lekatompessy, Fajar A Suhendra

 

Wilayah Papua merupakan wilayah yang memiliki potensi alam dan seni budaya, salahsatu potensi yang dimiliki adalah potensi alam berupa pangan lokal yang ada yaitu sagu (Fitriani, 2022). Pemerintah melalui instansi-instasi terkait telah menganggarkan dan melakukan program-program dan kebijakan-kebijakan untuk mendukung popularitas pangan lokal sagu ini (Fitriani, 2023), namun sampai saat ini belum dirasakan dampak yang besar bagi masyarakat dan daerah papua, padahal dari total 1,4 juta hektar hutan sagu di Indonesia di wilayah papua memiliki hutan sagu seluas 1,20 juta hektar (Stepanus, 2022).

 

Saat ini hanya ada beberapa kampung di Papua telah berhasil menjadikan kampungnya menjadi kampung adat yang memiliki potensi wisata sagu seperti Kampung Yoboi di Sentani (Ivanna, 2024). Dimana mereka berhasil setiap tahunnya melakukan festival pangan lokal ulat sagu yang berasal dari pohon sagu. Keberhasilan kampung ini dapat menjadikannya sebagai kampung percontohan bagi kampung- kampung lainnya.

 

Gambar 1. Panen Ulat Sagu di Kampung Yoboi Sentani

Gambar 2. Pembukaan Festival Ulat Sagu di Kampung Yoboi Sentani

 

Gambar 3. Ulat Sagu

Gambar 4. Inovasi Makan Ringan Berbahan Dasar Sagu

Gambar 5. Pemanfaatan Pelepah dan Ampas Sagu sebagai Media Tanam dan Pupuk Alam

 

Selain di Kampung Yoboi terdapat beberapa tempat juga yang melakukan program berupa festival sagu seperti Festival Sagu di Kampung Kwadeware Dsitrik Waibu Kabupaten Jayapura, Festival Colo Sagu di Sentani, Festival Ulat Sagu Kombay di Kampung Uni Dsitrik Bomakia Kabupaten Boven Digoel, Festival Sagu di Kabupaten Asmat, Feestival Sagu di Keerom, Festival Sagu dan Grime di Kampung Rhepang Muaib Distrik Nimbokrang Kabupaten Jayapura, Festival Tokok Sagu di Skouw Yambe Distrik Muara Tami Kota Jayapura, Festival Hari Sagu di Kampung Sopen Distrik Biak Barat Kabupaten Biak Numfor, dan masih banyak lagi festival-festival lainnya, hanya saja festival-festival ini tidak dilakukan setiap tahun, berbeda dengan Festival Ulat Sagu yang di lakukan di Kampung Yoboi Sentani. Pemerintah merasa telah optimal dengan memberikan anggaran yang cukup untuk mendukung festival-festival tersebut, namun di pihak masyarakat merasa belum optimal bahkan partisipasi masyarakat masih tergolong rendah, sehingga hanya berdampak sangat kecil. Hal ini tentu sangat disesalkan karena setiap tahunnya wisatawan yang berkunjung ke wilayah papua selau meningkat walaupun tidak signifikan (BPS, 2024), namun seharusnya momen ini dapat di manfaatkan semaksimal mungkin oleh pemerintah dan masyarakat di wilayah papua. Berdasarkan kondisi-kondisi diatas maka peneliti berkeinginan untuk menemukan inti permasalahan yang terjadi sehingga program berupa festival-festival yang dilakukan kurang berhasil.

 

Pada tahun 2023 penelitian yang serupa telah kami lakukan dan menemukan bahwa kendala utama dalam pelaksanaan festival di Papua adalah proses perencanaan yang belum memadai. dimana (1) belum dilakukan analisis potensi daerah yang akan menjadi promosi utama festival, (2) belum cukup melibatkan unsur-unsur yang berkepentingan terutama masyarakat setempat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah, pihak keamanan, masyarakat Indonesia, stakeholder dan media massa online/offline sehingga belum terjalin sinergi, (3) belum adanya komitmen dari seluruh unsur terutama pemerintah dalam hal ini daerah Papua masih menjadi sponsor utama festival, (4) belum adanya jadwal pasti atau penentuan festival apa saja yang sesuai dengan potensi lokal yang ada (Fitriani, 2024).

 

Penelitian ini dilanjutkan oleh tim yang sama dengan menggali lebih dalam tentang temuan penelitian sebelumnya guna mendorong manajemen festival pangan lokal yang tepat di wilayah papua. Penelitian ini menggunakan  4 indikator yaitu perencanaan, implementasi pra-event, implementasi event, dan evaluasi. Dari hasil wawancara dan diskusi dengan para informan kunci yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, masyarakat adat, tokoh pemuda dan para akademisi adalah sebagai berikut :

  1. Perencanaan

Perencaaan festival yang dilakukan harus berawal dari analisis potensi wisata (Saputra, 2021) di wilayah papua, pada umumnya analisis potensi langsung dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan masyarakat. Namun berdasarkan hasil diskusi dan wawancara dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jayapura yang sukses melakukan festival-festival diwilayahnya menyatakan bahwa strategi analisis potensi bukan lagi berasal dari pemerintah tetapi dilakukan langsung oleh masyarakat setempat, pemerintah hanya mendampingi dan menjadikannya sebagai naskah analisis potensi wilayah tersebut. Fungsi universitas sama dengan pemerintah yaitu mendamping, mendorong dan mendukung masyarakat (Fitriani, 2021) selain itu media massa juga sangat mendorong dalam promosi potensi yang di tetapkan, dan karena berada di wilayah papua yang masih sering terjadi gejolak-gejolak keamanan maka andil pihak keamanan juga sangat dibutuhkan untuk memberikan rasa nyaman dan aman saat kegiatan festival dilakukan. 

  1. Implementasi Pra-Event

Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan masyarakat Kampung Yoboi Sentani menyatakan bahwa setelah disepakati potensi yang dimiliki wilayah tersebut, maka masyarakat secara adat akan memutuskan festival apa yang tepat untuk wilayahnya, dan karena di gagas dari masyarakat maka masyarakat akan dengan secara spontan memulai memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar yang diperlukan untuk melaksanakan festival tersebut, dengan swadaya sendiri (Tjilen, 2021).  Sedangkan untuk kebutuhan-kebutuhan besar, masyarakat sebagai penyelenggara festival akan meminta bantuan ke pemerintah atau sponsor-sponsor lainnya. Menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jayapura, pemerintah selalu mendukung kegiatan-kegiatan festival yang masyarakat lakukan asalkan hal tersebut di prakarsai dari masyarakat dan jelas apa tujuan akhir serta apa yang sudah dikerjakan oleh masyarakat, sehingga pemerintah mengetahui apa-apa yang dapat mereka bantu atau dorong untuk mendukung festival tersebut. Dukungan-dukungan yang pernah diberikan adalah berupa anggaran, bangunan fisik, pengembangan sumberdaya penyelenggara festival, dan kebutuhan-kebutuhan pendukung lainnya, namun disesuaikan juga dengan kemampuan anggaran dinas atau pemerintah daerah. Selain itu pemerintah bersama-sama masyarakat juga mendorong promosi melalui media massa dan media sosial serta memasukkan dalam festival dalam pasar travel dunia (OTA) agar festival ini bisa di kunjungi oleh wisatawan mancanegara, serta terjadwal setiap tahunnya (Lenti, 2019). 

  1. Implementasi Event

Berdasarkan hasil survey peneiti saat festival ulat sagu di Kampung Yoboi Sentani, pada saat festival terjadi kolaborasi dari berbagai pihak seperti pemerintah, masyarakat lokal, pihak sponsor (stakeholder), media massa, media sosial dan pihak keamanan, namun tetap penyelenggara festival adalah masyarakat wilayah itu sendiri. Hal ini di tegaskan oleh tokoh pemuda Kampung Yoboi bahwa masyarakat menginginkan kebermanfaatn yang maksimal dari penyelenggaran festival ini untuk kesejahteraan masyarakat, dan hanya masayakat kamung yang paham serta mengenali potensi yang dimilikinya yang dijadikan festival tersebut.

  1. Evaluasi

Menurut para akademisi yang menjadi kekurangan adalah evaluasi setelah festival dilakukan (Muhammas Aditya, 2022). Dimana evaluasi hanya dilakukan oleh masyarakat penyelenggara festival, seharusnya evaluasi dilakukan bersama-sama dengan pemerintah, pihak sponsor (stakeholder), media  media massa, media sosial dan pihak keamanan. Sama seperti saat dilakukan analisis potensi wisata wilayah tersebut. dibutuhkan seluruh unsur yang terlibat sejak awal agar masing-masing dapat mengintropeksi dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi dari pra-event hingga event dilaksanakan. Selain itu jika evaluasi bersama maka akan terjadi diskusi dan menyepakati apa yang harus dilakukan selanjutnya bersama-sama. Evaluasi bersama ini juga akan dapat menghindari salah tafsir kelemahan yang dimiliki.

 

Dari hasil temuan tersebut maka dilakukan analisis data dengan menggunakan metode Asoca (kemampuan, kekuatan, peluang, budaya, kecerdasan), peneliti menggunakan Asoca karena dalam hasil penelitian ini banyak mengutamakan keterlibatan  masayarakat adat sebagai unsur budaya yang sangat kental di papua. Maka hasil analisis Asoca dari hasil temuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Faktor Internal
    1. Kemampuan
  • Mempersiapkan festival yang maksimal, sesuai dengan potensi wisata dan kesepakatan festival yang akan dilaksanakan.
  • Menyedikan sumberdaya manusia dari masyarakat yang mampu menyelenggarakan festival melalui penguatan-penguatan pelatihan
  • Mempersiapkan tim penyelenggara festival dari pihak masyarakat yang mumpuni dan berkomitmen.
    1. Kekuatan
  • Sudah ada kampung adat percontohon yang berhasil melakukan festival pangan lokal setiap tahunnya di wilayah papua (Kampung Yoboi Sentani)
  • Sudah ada beberapa kampung yang memulai melakukan festival pangan lokal
  • Pemerintah mendukung dengan bantuan anggaran, penguatan SDM dan kebutuhan-kebutuhan pendukung lainnya
    1. Kecerdasan
  • Sesuai dengan permintaan dari masyarakat kampung dalam mendukung kegiatan festival dengan pelatihan-pelatihan penguatan SDM telah diberikan oleh pemerintah
  • Inisiatif festival berasal dari masyarakat kampung bukan dari pemerintah berdasarkan potensi wilayah kampung yang dimiliki, yang dituangkan didalam proposal kegiatan festival. Di dalam proposal tersebut di masukkan analisis potensi wilayah sederhana, konsep dan tujuan festival, anggaran yang dibutuhkan untuk festival, ketersediaan tempat kegiatan, kesepakatan masyarakat kampung, pelepasan tanah adat untuk dijadikan tempat festival, dan sarana prasana apayang sudah tersedia, serta daftar kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk festival tersebut.

 

 

  1. Faktor Eksternal
    1. Peluang
  • Mengadakan kerjasama dengan dinas-dinas terkait dengan festival dan potensi yang dimiliki seperti Dinas Pariwisata dan kebudayaan, Dinas Kominfo, Dinas Kehutanan, Dinas Tanaman Pangan, dan TNI/Polri.
  • Mengadakan kerjasama dengan media massa, Konten creator, influencer, dan komunitas fotografer untuk kebutuhan promosi kegiatan
  • Membuat dan aktif dalam promosi di media sosial, media massa dan media lainnya.
  • Mempermudah akses masyarakat untuk dapat mencapai tempat festival.
  • Memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat kampung untuk terlibat aktif dalam festival yang dilakukan
  • Tim penyelenggara festival adalah dari masyarakat kampung sedangkan pemerintah, stakeholder, media dan keamanan adalah sebagai unsur pendorong dan pendukung serta pendamping.
    1. Budaya
  • Jika inisiatif dan pemprakarsa kegiatan festival adalah dari masyarakat kampung maka festival ini akan kental sekali dengan budaya setempat.
  • Masyarakat kampung akan merasa memiliki seutuhnya kegiatan festival tersebut yang akan menimbulkan komitmen tanggungjawab masyarakat kampung atas keberlangsungan festival tersebut.
  • Budaya dan pangan lokal yang menjadi potensi kampung akan lebih dikenal oleh masyarakat luas, sehingga menimbulkan penghormatan dan penghargaan atas nilai-nilai budaya yang dimiliki kampung tersebut.
  1. Strategi
    1. Kemampuan-Peluang
  • Masyarakat dan unsur pendukung lainnya mempersiapkan festival sebaik mungkin dengan segala kelebihan dan kekurang yang dimiliki.
  • Masyarakat memanfaatkan kesempatan mengikuti pelatihan-pelatihan penguatan SDM sebaik mungkin, agar dapat mengelola festival secara maksimal
  • Meningkatkan kualitas SDM masyarakat kampung sebagai penyelenggara festival untuk dapat memperoleh sertifikat kompetensi penyelenggara festival yang handal
  • Mempertahankan keberlangsungan festival setiap tahun nya pada bulan atau tanggal yang sama sehingga dapat dimasukkan dalam daftar destinasi wisata internasional di pasar wisata global (OTA).
    1. Kekuatan-Peluang
  • Meningkatkan peran Dinas Pariwisata dan Kebudyaan sebagai dinas yang mendorong dan mewadahi kegiatan-kegiatan festival budaya
  • Meningkatkan peran masyarakat kampung dalam penyelenggaraan festival kampungnya
  • Melakukan kordinasi dengan dinas terkait dan stakeholder-stakeholder pendukung untuk meningkatkan kualitas festival yang dilakukan setiap tahunnya.

 

  1. Kecerdasan-Peluang
  • Memaksimalkan kemampuan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan unsur-unsur pendukung lainnya guna meningkatkan kualitas festival yang dilakukan daerahnya
  • Memaksimalkan kemampuan masyarakat kampung sebagai tim penyelenggara festival dalam membangun komitmen dalam menyelenggarakan festival setiap tahunnya.
    1. Kemampuan-Budaya
  • Menjaga budaya kampung setempat agar tetap lestari dan lebih dikenal oleh masyarakat luas
  • Penyiapkan kualitas SDM penyelenggara festival
  • Membuat branding khusus untuk festival yang dilakukan agar digunakan setiap tahun dan menjadi karakter utama dan ciri khas dari festival tersebut.
    1. Kekuatan-Budaya
  • Meningkatkan penyelenggaraan festival yang sesuai dengan mekanisme manajemen festival namun tidak melangkahi budaya setempat yang telah ada.
  • Mengoptimalkan kegiatan-kegiatan festival dan sejenisnya yang diwarnai dengan budaya setempat dan diprakarsai dari masyarakat setempat.
  • Implementasi pra-event dan saat event yang konsisten dengan manajemen festival dan sesuai dengan budaya setempat akan menimbulkan komitmen bersama di masyarakat dan pemerintah untuk menjaga keberlangsungan festival setiap tahunnya.
    1. Kercerdasan-Budaya
  • Memaksimalkan kemampuan dan yang dimiliki SDM masyarakat pengelola festival dengan didampingi oleh pihak pemerintah dan unsur pendukung lainnya
  • Memaksimalkan lembaga-lembaga kompetensi agar dapat melatih dan mensertifikasi SDM pengelola festival
  • Memaksimalkan kegiatan pelatihan penguatan SDM masyarakat pengelola festival sehingga menciptakan SDM yang handal dalam mengelola festival walaupun bukan lulusan dari kepariwisataan.

 

Dengan memperhatikan fenomena permasalahan yang ada dilapangan, maka  terdapat beberapa langkah strategis yang dihasilkan dari analisis Asoca dalam rangka untuk mendesain ulang potensi wisata yang ada di wilayah papua :

  1. Strategi Kemampuan-Peluang
  • Mempersiapkan masyarakat kampung untuk melakukan analisis potensi wisata setiap kampung di wilayah papua
  • Menyediakan SDM yang kompeten dalam mengelola
  • Dinas terkait mengirimkan beberapa masyarakat yang mengelola festival untuk mengikuti pelatihan penguatan SDM manajemen festival dan pelatihan pendukung kegiatan festival lainnya.
  • Mempersiapkan tim pengelola festival dari masyarakat kampung dan tim pendampng festival dari unsur pemerintah, universitas, stakeholder, media massa dan Keamanan.

 

  1. Strategi Kekuatan-Peluang
  • Meningkatkan peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sebagai dianas yang mendorong, mendamping dan mewadahi seluruh kegiatan festival yang ada di wilayahnya
  • Meningkatkan peran universitas untuk memberikan masukan kedpada masyarakat kamoung dalam penyelenggaraan festival budaya pangan lokal yang inovatif.
  • Meningkatkan peran konten creator, influencer, komunitas fotografer, komunitas jelajah wisata, dan komunitas kuliner.
  • Melakukan koordinasi dengan dinas-dinas terkait seperti RRI, TVRI, Dinas Kominfo, Dinas Kehutanan, Dinas Tanaman Pangan, dan TNI/Polri.
    1. Strategi Kecerdasan-Peluang
  • Memaksimalkan kemampuan masyarakat kampung sebagai tim pengelola festival dan Dinas Pariwistaa dan Kebudayaan dengan melaksanakan kerjasama dengan dinas dan stakeholder lainnya (sponsor) untuk meningkatkan kualitas festival budaya pangan lokal
  • Memaksimalkan kemampuan masyarakat kampung sebagai tim pengelola festival dan Dinas Pariwistaa dan Kebudayaan dalam membangun komitmet dalam melaksanakan festival setiap tahunnya, sehingga dapat di masukkan dalam agenda wisata internasional (OTA).
    1. Strategi Kemampuan-Budaya
  • Menjaga budaya kampung setempat agar tetap lestari dan lebih dikenal oleh masyarakat luas
  • Penyiapkan kualitas SDM penyelenggara festival
  • Membuat branding khusus untuk festival yang dilakukan agar digunakan setiap tahun dan menjadi karakter utama dan ciri khas dari festival tersebut.
    1. Strategi Kekuatan-Budaya
  • Meningkatkan penyelenggaraan festival yang sesuai dengan mekanisme manajemen festival namun tidak melangkahi budaya setempat yang telah ada.
  • Mengoptimalkan kegiatan-kegiatan festival dan sejenisnya yang diwarnai dengan budaya setempat dan diprakarsai dari masyarakat setempat.
  • Implementasi pra-event dan saat event yang konsisten dengan manajemen festival dan sesuai dengan budaya setempat akan menimbulkan komitmen bersama di masyarakat dan pemerintah untuk menjaga keberlangsungan festival setiap tahunnya.
    1. Strategi Kecerdasan-Budaya
  • Memaksimalkan kemampuan dan yang dimiliki SDM masyarakat pengelola festival dengan didampingi oleh pihak pemerintah dan unsur pendukung lainnya
  • Memaksimalkan lembaga-lembaga kompetensi agar dapat melatih dan mensertifikasi SDM pengelola festival
  • Memaksimalkan kegiatan pelatihan penguatan SDM masyarakat pengelola festival sehingga menciptakan SDM yang handal dalam mengelola festival walaupun bukan lulusan dari kepariwisataan.

Langkah-langkah strategi diatas dapat di implementasikan dalam melakukan desain ulang potensi wisata yang medukung festival budaya pangan lokal di wilayah papua, dimana jika kita melihat lebih seksama bahwa dari mulai analisis potensi wisata wilayah hingga pengelola festival harus dimulai dan dilakukan oleh masyarakat kampung yang mengenal dengan baik potensi lokal apa yang kampung dan masyarakat miliki. Posisi pemerintah dalam hal ini adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan unsur pendukung lainnya hanya sebagai mendampingi, mendorong dan mewadahi aspirasi masyarakat kampung. maka yang menjadi objek utama dalam festival ini bukanlah pemerintah lagi, namun masyarakat kampung (Kaltsum, 2024). ini berbeda dengan kondisi awal festival-festival yang telah dilakukan adalah berasal dari potensi wisata yang dibuat dan festival dibuat dalam bentuk program yang diinisiatif dari pemerintah, dimana posisi masayakat kampung hanya mendukung bahkan ada yang hanya menjadi penonton program festival tersebut. dampak yang di terima program festival yang di prakarsai pemerintah adalah tidak adanya  keberlangsungan festival setiap tahunnya, masyarakat kurang merasa memiliki festival budaya yang dilakukan, perubahan kesejahteraan masyarakat kampung tidak dirasakan signifikan,  dan cenderung ada perselisihan antara pemerintah daerah dengan masyarakat kampung karena masalah tempat festival yang belum ada kesepakatan atau penyerahan secara adat. Pada penelitian ini perlakuan obyek utamanya adalah masayarakat kampung sudah diterapkan sehingga mempermudah pekerjaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jayapura, dan mulai banyak pengajuan festival-festival budaya yang dilakukan masyarakat kampung.

 

Maka berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka model festival budaya pangan lokal yang di tawarkan peneliti sebagai desain ulang potensi wisata dalam mendorong festival budaya pangan lokal dapat dilakukan di wilayah Papua Selatan  adalah seperti yang digambarkan dibawah ini :

 

Desain ulang ini tentu saja tidak dapat dilakukan jika tidak ada dukungan dari semua pihak dan kepercayaan dari pemerintah kepada masyarakat untuk mengelola dan menganalisis potensi wisata yang dimiliki oleh kampung , dan pengesahkannya dalam bentuk naskah resmi serta menganggarkan festival tersebut. selain itu dibutuhkan juga keinginan yang kuat dari masyarakat untuk memulai, memberikan ruang  dan membangun semampunya dengan swadaya  untuk kebutuhan festival yang diinginkan oleh masyarakat kampung sendiri.  Diharapkan pemikiran desain ulang potensi wisata dalam mendukung festival budaya pangan lokal di Papua ini akan memberikan dampak yang sangant signifikan kepada masayarakat dan pemerintah.

 

Kesimpulan dari penelitian ini adalah desain ulang pemikiran dan potensi wisata pangan lokal jika akan dilakukan di wilayah papua adalah memberikan ruang yang luas kepada masyarakat bukan hanya terlibat namun yang merencankan, melaksanakan dan menentukan potensi apa yang dimiliki kampung sehingga dapat diwujudkan menjadi festival, serta mengevaluasinya. Sementara itu posisi pemerintah adalah sebagai pendorong dan pendamping masyarakat kampung. unsur pendorong lainnya adalah dinas terkait, universitas, stakeholder (sponsor), media, komunitas, dan pihak keamanan. Penelitian ini juga tidak lupat dari kelemahan-kelemahan, guna pengembangan ilmu pengetahuan maka kedepannya maka peneliti lainnya dapat melakukan penlitian dengan indikator lainnya, dan wilayah penelitian yang berbeda serta dengan alat analisis yang berbeda.