Marak Kasus Pembacokan di Merauke Budayawan Suku Malind Angkat Bicara

Budayawan Papua Selatan, Isayas Balagaize ketia ditemui Reporter Rmol Papua. Jumat (27/3))
Budayawan Papua Selatan, Isayas Balagaize ketia ditemui Reporter Rmol Papua. Jumat (27/3))

Belakagan ini masyarakat Kabupaten Merauke dihebohkan oleh maraknya peristiwa pembacokan di Kabupaten Merauke yang terjadi didalam kota Merauke.


Yang membuat lebih resah lagi karena pembacokan tersebut dilakukan pada saat Kabupaten Merauke berada pada jam-jam padat aktifitas masyarakat Merauke.

Sehingga banyak yang menilai bahwa kriminalitas dilakukan di Kabupaten Merauke begitu bebas dilakukan tanpa rasa takut dari para pelakunya.

Menyikapi kejadian kriminal yang marak belakangan ini Budayawan Papua Selatan Isayas Ndiken turut angkat bicara.

Dirinya meminta agar semua unsur masyarakat, setiap masyarakat, paguyuban, dan kepolisian untuk bersama-sama bertanggung jawab menyelesaikan kejadian kekerasan yang marak di Kabupaten Merauke belakangan ini.

Isayas Ndiken meyakini semua suku bangsa di Negara ini memiliki nilai tata karma sebagai makna kehidupan dan makna kemanusiaan, tentang bagaimana kita memaknai makna dari bagaimana kita bisa menghargai sesama manusia.

Menurutnya tanah Anim Ha merupakan tanah yang bersih yang telah dipertahankan dan diperjuangan oleh Nenek Moyang Suku Malind sampai titik darah penghabisan, sehingga kita semua dapat hidup dengan damai ditempat ini.

Sehingga dirinya berharap agar jangan sampai terulang lagi pertumpahan darah ditanah ditanah ini hanya karena pengaruh dari minuman keras (Miras).

Isayas Ndiken menekankan jika miras bukan berasal bukan dari kebudayaan Orang Papua melaikan minuman yang didatangkan dari daerah diluar Papua  sehingga para pemuda Papua harus menjaga tata kerama bagaimana mereka menggunakan miras.

“Karena itu dalam perspektif budaya kita harus memiliki tata krama dalam memperlakukan miras, kita bisa minum, tapi bukan untuk berlebihan sampai mabuk, kita yang harus menguasai miras, tapi bukan miras yang menguasai kita.” Ucap Isayas Ndiken, Satu (27/3)

Terkait dengan simbolisme kebudayaan Malind Anim terdapat totem, yang harus dijaga dan dihormati oleh semua kalangan.

Misalnya Sopi yang menurut budaya Marind merupakan totem dari Marga Gebze, dan harus diperlakukan sebagai manusia karena sopi berasal dari kelapa.

“Berdasarkan keyakinan suku Malind kelapa itu manusia, tetapi kalau manusia juga tidak menghargai dia, dia juga akan memberikan efek yang akan berdampak kepada kehidupan manusia lain, sehingga konsekuensi dari pada itu kita bisa membunuh, merampok, dan bisa mengganggu kentetraman warga, itu akibat dari Roh daripada kelapa itu.” Terangnya

Pada akhirnya dirinya meminta kepada seluruh pemuda untuk bersama-sama menjaga ketentraman di Kabupaten Merauke dengan mempertahankan nilai luhur dari kebudayaan masing-masing, sebab menurutnya kedamaian di Tanah Anim Ha sudah diperjuangkan sejak dahulu, sehingga ada nilai perjuangan dan nilai spiritual yang harus dijaga. Demikian Isayas Ndiken